RIKMA 2 oleh MAD Laboratory
Keberanian dan cara perempuan dalam mewujudkan personalitas dan professionalitas diri mereka merupakan sebuah inspirasi. Perempuan yang mempunyai imajinasi dan kekuatan kerja kreatif, berani mengaktualisasikan gagasan dan pemikiran yang inovatif, serta membuka ruang dan terobosan baru bagi peran perempuan di masa depan menjadi tema pertunjukan ini.
- 7 Oktober, 2023 @ 3:00 pm - 7 Oktober, 2023 @ 4:00 pm
- Galeri Indonesia Kaya
- Gratis
- Dewasa
Reservasi Tiket
Agenda Budaya
RIKMA (Ruang. Inisiatif. Karya Bersama) adalah wadah bagi perempuan praktisi seni tari untuk menguatkan daya (kreativitas) diri, mengolah sumber daya seni tari, membangun relasi dan sinergi untuk kesinambungan proses hidup berkesenian, serta merayakan kehidupan seni dengan sukacita dan penuh rasa syukur. Ruang ini mengajak setiap yang terlibat untuk berbagi, meneliti, bereksperimen, dan bertumbuh bersama. RIKMA hadir untuk merangkai temu, saling merangkul, dan saling memperkuat praktik seni tari, dalam hal penciptaan & pementasan, tata kelola, dan penulisan. RIKMA mengutamakan praktisi tari perempuan untuk mendorong peningkatan dan keberlangsungan SDM (perempuan) seni tari, serta upaya mewujudkan ekosistem seni tari yang ramah, nyaman, dan aman bagi perempuan untuk berkarya dan menjalankan kerja kreatif kesenian.
RIKMA edisi 2 akan menghadirkan pokok bahasan yaitu, TARI: PEREMPUAN & KARIR. Pokok bahasan ini akan lebih menekankan perempuan berinovasi dan berkreasi dalam ranah kerjanya. 10 perempuan penari-koreografer yang terpilih sebagai pelaksana RIKMA 2. Tari: Perempuan & Karir yang menjadi pokok bahasan dalam RIKMA 2 ini, bertujuan untuk bisa menjadi motivasi dan refleksi, atas keberanian dan cara perempuan dalam membangun impian masa depan serta meraih cita-cita hidup mereka.
RIKMA 2 merupakan kolaborasi dari 10 penari-koreografer perempuan.
Mila Rosinta Totoatmojo belajar banyak tarian baik tradisi, ballet, hiphop maupun kontemporer. Mila mempelajari semua tarian yang ada kemudian memecah semua yang telah ia pelajari dan menemukan tubuhnya sendiri. Hingga saat ini ia telah membuat puluhan karya baik tradisi hingga kontemporer yang selalu tidak terlepas dari nilai-nilai budaya Indonesia. Ia membangun Mila Art Dance Group tahun 2012 dimana Mila mengumpulkan seniman-seniman wanita yang memiliki satu visi misi yang sama kemudian di tahun 2015 ia membangun Mila Art Dance School sebagai wadah dan ruang kreatifitas belajar.
Sri Cicik Handayani yang lebih hangat disapa Cici ini dikenal sebagai seorang penari dan koreografer dengan karakter tubuh tari gagah (yang telah dipelajarinya sejak kecil). Label ini diterimanya dari sosial dan begitu mengusik pikirannya, ia meyakini bahwa tubuh tarinya tidak hanya gagah, tubuhnya juga memiliki sisi lembut. Lewat pengalaman tubuh tarinya ini, Cici dapat memaknai tari, membawanya melangkah bersama puan-puan dalam ruang MAD Laboratory: RIKMA #2 untuk menciptakan karya kolaborasi.
Vilia Angelica belajar di Institut Seni Indonesia Yogyakarta pada tahun 2019 dan telah menyelesaikan studi pada tahun 2023, dengan menciptakan karya tari berjudul Yonah, dan aktif menari sebagai worship dancer di Gereja. Ia juga aktif menari dalam berbagai panggung pertunjukan. Ili dan cintanya pada tubuh tarinya mantap melangkah bersama puan-puan dalam ruang MAD Laboratory: RIKMA #2 untuk menciptakan karya kolaborasi.
Riri Natasya Elgiva Givela lahir dan tumbuh dalam lingkungan tradisi Kalimantan, sehingga tari juga menjadi hal yang melekat erat dalam tubuh tradisinya. Tidak hanya menekuni tari tradisi, ia juga mempelajari pop dance. Ia kemudian melanjutkan studinya di Institut Seni Indonesia Yogyakarta dan lulus pada tahun 2023 dengan menciptakan karya tari berjudul Alah Tedak. Kecintaannya pada tari menguatkan tekadnya untuk terus menari dan mengenalkan tari Kalimantan hingga ke internasional.
Titania Wilis Santy menekuni tari sejak kecil, terutama tari kreasi Jawa Timur. Baginya, menari berarti menemukan kenyamanan dan kebahagiaan. Menari telah menjadi passion hingga Titania meneruskan studinya di Institut Seni Indonesia Surakarta dan saat ini tengah menyelesaikan tugas akhirnya yang diberi judul Nggege Mangsa. Pengalaman dan kesadaran Titania akan sempitnya ruang tari bagi perempuan di lingkungannya tidak mematahkan semangatnya.
Vindi Eryandwi Putri adalah seorang penari dan pengajar tari. Vindi merupakan lulusan Ilmu Filsafat, Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Vindi juga telah menyelesaikan program Magisternya di Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa, Sekolah Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Terlepas dari latar tersebut, Vindi meyakini bahwa menari adalah kebahagiaannya.
Agustin Chandra Mahardhika telah mengulik tari kreasi dan ballet awal mengenal dunia tari, lalu mengeksplorasi genre-genre tarian yang lain, hingga kini menyukai genre tari modern dan kontemporer. Ia tidak ingin meninggalkan dunia tari sampai raga tidak mampu menari, namun tidak bisa dipungkiri keinginan untuk mencoba bidang-bidang yg lain juga ingin terus digapai. Walaupun bukan dari keluarga Seniman, keyakinan untuk tumbuh di dunia seni membuatnya bisa bertahan sejauh ini. Tentunya ada dorongan dari dalam diri untuk bertahan. Menjadikan tari sebagai bagian hidup untuk mengungkapkan perasaanya.
Fairuz Realindra telah berpengalaman menari, menyanyi, dan fashion show sejak kecil. Mulai menggeluti tari ketika duduk dibangku SMP, dan masuk ke sanggar tari klasik YSAB. Lulus kuliah, ia bekerja di kantor digital marketing selama 2 tahun. Selama 2 tahun ia tidak menari lagi. Ia pun sempat beralih ke musik untuk merilis single lagunya. Kini, ia merasa mempunyai panggilan hati dan kerinduan untuk kembali ke dunia tari.
Putri Lestari tergabung dalam sanggar tari yg menekuni ilmu dan praktik tradisi Pekalongan sejak kecil. Dalam perjalananan mendalami seni tradisi, ia merasakan adanya kenyamanan. Memasuki jenjang SMP – SMA ia mulai akrab dengan tari-tarian yang seringkali dipentaskan dalam acara kedinasan. Dalam kurun waktu 6 tahun, ia menjalani praktik ini tanpa jeda. Ia mengenyam pendidikan di ISI Yogyakarta.
Sekar Tri Kusuma mulai nyantrik dan belajar tari tradisi sejak dini. Saat lebih dewasa, ia tertarik mencoba genre Kpop dan modern dance. Saat dewasa, ia kembali mempelajari tari tradisi dan mulai aktif untuk berkesenian. Sekar juga membentuk sebuah festival bersama komunitas di lingkungannya. Hingga saat ini ia masih aktif berkarya, karya termutakhirnya adalah ‘Splinter Of An Age’ tahun 2023 yang dipentaskan di Sekolah Seni Tubaba -Lampung.
Theresa Carla Kartika Freitas bermula dari tari tradisi – kreasi, kemudian beralih ke KPOP Dance, saat ini menyukai genre tari modern dan kontemporer. Ia mempunyai keyakinan bahwa ia akan dan ingin terus berada di dunia tari, namun gejolak keraguan tentang masa depan membuatnya kadang merasa kebingungan. Hingga saat ini ia terus meyakinkan diri untuk terus belajar bahwa tari akan menjadi suatu pijakan pilihan masa depannya.