Mengenal Seni Keramik di Desa Sakok - Indonesia Kaya

Cari dengan kata kunci

keramik_desa_sakok_1290.jpg

Mengenal Seni Keramik di Desa Sakok

Warisan budaya Tiongkok dalam kemahiran tangan perajin lokal dari Singkawang yang menjadi kebanggaan tradisi Indonesia.

Pariwisata

Seni kerajinan tangan di Singkawang, Kalimantan Barat, terdiri dari beragam karya seni yang mencerminkan warisan budaya dan kreativitas masyarakat setempat. Salah satu seni yang paling menonjol adalah keramik dari Desa Sakok. Keramik Desa Sakok terkenal karena kualitas dan desainnya yang unik.

Dengan bahan dasar kaolin, para perajin memproduksi keramik dengan motif naga, dewa, dan elemen-elemen tradisional Tionghoa. Seni keramik ini bukan hanya produk seni, tetapi juga warisan turun-temurun. Seni kerajinan tangan di Singkawang memadukan kualitas, tradisi, dan kreativitas, menciptakan warisan budaya yang unik.

Salah satu tempat untuk melihat seni keramik Desa Sakok ini berada di sebuah ruang pamer bernama Borneo Lentera Prima. Di sini, pengunjung dapat menjelajahi berbagai pilihan keramik dengan aneka bentuk dan ukuran yang sesuai dengan selera. Keramik telah menjadi bagian dari Desa Sakok sejak tahun 1997. Di ruang pamer Borneo Lentera Prima, keramik diproduksi secara masif.

Asal Mula Seni Keramik di Desa Sakok

Singkawang, yang terletak antara pegunungan dan pantai, adalah tempat kekayaan budaya Tiongkok bertemu keindahan alam. Jejak sejarah menunjukkan bahwa pada tahun 1760, saat Sultan Umar Akamuddin II berkuasa, banyak pendatang Tiongkok datang ke Singkawang untuk bekerja di pertambangan emas. Kebanyakan dari mereka berasal dari etnis Hakka, yang memiliki latar belakang pertambangan dan pertanian di Tiongkok. Setelah pertambangan emas ditutup, mereka beralih menjadi petani dan nelayan, sesuai dengan lingkungan Singkawang yang berbatasan dengan laut dan pegunungan.

Budaya Tiongkok yang kuat telah mendalam meresap di Singkawang, yang mayoritas penduduknya adalah etnis Tionghoa. Salah satu warisan budaya yang masih terjaga adalah seni keramik Cina tradisional yang berakar di wilayah Sakok, Singkawang. Keramik Sakok memiliki ciri khasnya sendiri, mirip dengan keramik Dinasti Ming, Tang, Sung, dan Yuan. Desainnya pun menyerupai keramik Cina kuno, termasuk corak naga, glasir yang indah, dan warna yang cerah.

Keramik Sakok memiliki ciri khasnya sendiri, mirip dengan keramik Dinasti Ming, Tang, Sung, dan Yuan.

Di kawasan Sakok, sejarah perusahaan keramik dimulai dengan berdirinya Yong Tong Hwat atau Dinamis pada tahun 1933. Perusahaan ini memproduksi keramik sehari-hari seperti mangkok, piring, tempayan, dan guci. Pendirian perusahaan keramik ini diikuti oleh Tajau Mas pada tahun 1936, yang masih menggunakan tungku naga dan memproduksi keramik berdasarkan pesanan. Pada tahun 1940, perusahaan Sam Ho atau Tri Murni didirikan. Kemudian diikuti dengan pendirian perusahaan Semangat Baru pada tahun 1964 dan Sinar Terang pada tahun 1980.

Borneo Lentera Prima, yang merupakan anak usaha dari Sinar Terang, didirikan pada tahun 1998. Meski terbilang sebagai perusahaan keramik era modern, Borneo Lentera Prima masih menggunakan tungku naga. Namun, beberapa di antara perusahaan keramik tersebut telah beralih ke teknologi modern, seperti pembakaran listrik, yang menggambarkan evolusi dalam industri keramik di kawasan tersebut.

Pembuatan dan Desain Keramik Desa Sakok

Pembuatan keramik melibatkan proses yang rumit dan berbeda dari teknik pembuatan keramik modern. Seni kerajinan ini masih memiliki akar tradisi Tiongkok. Salah satu elemen penting dalam teknik ini adalah penggunaan “tungku naga” memanjang, yang memungkinkan mencapai suhu pembakaran yang sangat tinggi.

Salah satu elemen penting dalam teknik ini adalah penggunaan “tungku naga” memanjang, yang memungkinkan mencapai suhu pembakaran yang sangat tinggi.

Tungku naga mengacu pada bentuk tungku yang mirip dengan tubuh naga, yang memiliki panjang sekitar 28 hingga 40 meter, lebar yang bervariasi di beberapa bagian, dan tinggi sekitar 120 hingga 130 cm. Tungku ini mampu mencapai suhu panas sekitar 1.250°C. Di bagian depan, terdapat pintu untuk memasukkan kayu sebagai sumber panas, sementara di sisi kanan dan kiri ada lubang jendela kecil yang digunakan untuk memasukkan kayu bakar. Bentuknya yang panjang dan tinggi bertujuan untuk memastikan pemanasan merata.

Bahan baku utama dalam pembuatan keramik adalah kaolin, jenis tanah liat putih yang membentuk dasar keramik tersebut. Proses dimulai dengan membersihkan kaolin, kemudian memotongnya menjadi bagian-bagian kecil agar dapat dibentuk dengan mudah. Kemudian, kaolin dicampur dengan tanah liat dan sedikit air untuk membuat tanah liat lentur yang mudah dibentuk. Setelah itu, tanah liat ini dibentuk menjadi berbagai bentuk keramik, yang dapat melibatkan ukiran atau cetakan.

Setelah pembentukan, keramik dikeringkan di tempat teduh untuk mencegah keretakan. Keramik-keramik ini kemudian dihiasi dengan glasir yang terbuat dari berbagai bahan seperti bubuk kerang, abu merang, kaolin, dan lainnya. Proses pengglasiran berkontribusi pada warna cerah dan transparansi keramik. Setelah pengeringan, keramik ditempatkan di dalam tungku naga untuk pembakaran. Proses ini memerlukan pemeliharaan suhu yang cermat dan teliti. Perajin menggunakan kayu karet sebagai bahan bakar, yang menghasilkan suhu yang stabil.

Pada tahap pembakaran, suhu harus dijaga dengan hati-hati. Ketika keramik telah mencapai tingkat kematangan yang diinginkan, mereka akan memiliki warna yang diharapkan. Setelah pembakaran, keramik didinginkan selama beberapa waktu sebelum siap untuk dipasarkan.

Selain proses teknis ini, pembuatan keramik di Sakok juga melibatkan penggunaan motif dan simbol yang mengandung makna khusus. Motif seperti naga, burung, dan teratai sering digunakan dengan makna dan harapan tertentu. Ritual dan doa sesuai dengan tradisi Tiongkok juga menjadi bagian penting dalam proses pembuatan keramik ini. Inilah yang mencerminkan kedalaman budaya Tionghoa di Singkawang. Keseluruhan proses ini menciptakan seni keramik yang unik dan bermakna yang menjadi ciri khas kota ini.

Motif seperti naga, burung, dan teratai sering digunakan dengan makna dan harapan tertentu.

Hingga saat ini, terdapat setidaknya 45 jenis keramik yang diproduksi oleh para perajin di Desa Sakok. Keramik-keramik ini sering dihiasi dengan motif-motif antik seperti motif naga dan motif 8 dewa yang menjadi favorit warga Tionghoa. Ada juga motif bunga jampa, motif naga sembilan, motif anggur, motif cemara bangau, dan motif naga 4 timbul. Keramik-keramik ini diwujudkan dalam berbagai bentuk, termasuk tempayan, vas bunga, tempat duduk, dan patung singa emas. Keunikan perajin di desa ini terletak pada kemampuan mereka untuk membuat keramik yang mirip dengan keramik dari Dinasti Ming.

Menurut Maria, yang bekerja dalam pemasaran keramik Borneo Lentera Prima, orang Melayu, Dayak, dan Jawa lebih suka mengoleksi barang-barang antik, sedangkan warga Tionghoa biasanya membeli keramik ini untuk kebutuhan ibadah di Vihara. Selain itu, satu hal yang menarik adalah, bagi pembeli yang ingin memesan keramik dengan desain khusus, mereka dapat mengirimkan foto yang diinginkan untuk diwujudkan dalam bentuk keramik.

Keramik-keramik Borneo Lentera Prima di Desa Sakok telah menerima pengakuan dari Pemerintah Daerah Pontianak karena kualitas dan mutunya yang unggul. Mereka menerima penghargaan Siddhakarya pada tahun 2010 dari pemerintah provinsi Pontianak dalam kategori kualitas dan produktivitas. Pada tahun 2011, mereka menerima penghargaan Paramakarya dari Pemerintah Pusat dalam kategori yang sama. Maria menjelaskan bahwa keramik Borneo Lentera Prima juga telah diundang untuk berpartisipasi dalam berbagai pameran oleh Dinas Perindustrian.

Harga keramik di Desa Sakok bervariasi tergantung pada jenis bahan baku yang digunakan. Keramik yang terbuat dari bahan bagus seperti kaolin biasanya memiliki harga minimum sekitar Rp. 500.000, sedangkan keramik yang terbuat dari tanah liat biasa atau lumpur biasanya dijual dengan harga sekitar Rp. 200.000. Produk keramik Desa Sakok dapat ditemukan di berbagai lokasi, termasuk kantor utama di Jalan Padang Pasir, Sedau, Singkawang, serta di Ketapang, Kalimantan Barat, dan Perumahan Citra Garden, Cengkareng, Jakarta Barat.

Informasi Selengkapnya
  • Indonesia Kaya

  • Indonesia Kaya

  • Bobo, Kemendikbud, Liputan 6,