Pementasan Drayang "Sukesi" Saskara Alengka - Indonesia Kaya

Cari dengan kata kunci

Pementasan Drayang “Sukesi” Saskara Alengka

pementasan-drayang-sukesi-saskara-alengka.jpg

Pementasan Drayang “Sukesi” Saskara Alengka

Raden Jambumangli (Paman Sukesi) tidak bisa menerima jika keponakannya dipersunting oleh raja atau kesatria yang sakti mandraguna. Maka Jambumangli menggelar sayembara tanding. Barang siapa yang bisa mengalahkan dirinya, maka berhak memboyong Dewi Sukesi.

Agenda Budaya

Wanita berparas cantik itu bernama Dewi Sukesi, putri mahkota Kerjaan Alengka, anak Prabu sumali. Kecantikannya termasyur  di seluruh penjuru dunia, hingga banyak raja, kesatria, dan pangeran berlomba untuk meminangnya.

Raden Jambumangli (Paman Sukesi) tidak bisa menerima jika keponakannya dipersunting oleh raja atau kesatria yang sakti mandraguna. Maka Jambumangli menggelar sayembara tanding. Barang siapa yang bisa mengalahkan dirinya, maka berhak memboyong Dewi Sukesi. Banyak kesatria pelamar menjadi korban Jambumangli yang sejatinya ia sendiri ingin memperistri keponakannnya. Banjir darah di Alengka mengusik Dewi Sukesi, maka ia menginginkan untuk menghentikan sayembara dan hanya mau dipersunting oleh orang yang dapat menjabarkan Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu.

Sastra Jendra mempunyai daya membangun dan memelihara. Bilamana dikaji lebih mendalam lagi di dalam Sastra Jendra terdapatlah metode atau pun cara – cara untuk mencapai kemanusiaan yang luhur, ketentraman dunia, ketatasusilaan dan kebutuhan yang adiluhung yang dapat merubah manusia biadab menjadi beradab.

Tersebutlah Begawan Wisrawa yang berniat melamar Dewi Sukesi bagi Danaraja, anaknya. Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu pada hakekatnya adalah kepasrahan hati manusia kepada Ilahi, agar ia dapat disucikan dari dosa. Begawan Wisrawa merasa memahami Sastra Jendra sehingga ketika ia menjabarkan kepada Sukesi, ia lalai kepada Ilahi maka menjadi sombong budinya. Oleh karenanya ia terjerumus ke jurang kehancuran dengan melakukan asmara terlarang. Penyesalan Begawan Wisrawa atas ketidakmampuan mengemban amanat anaknya tak berujung. Perjalanan dari Alengka ke Lokapala dilaluinya dengan menahan rasa malu pada dunia. Setiap tapak langkahnya terasa berat terbelenggu cibiran dari orang – orang yang melihatnya di sepanjang perjalanan. Dalam situasi tersebut, Sukesi tetap tegar. Dari awaI ia telah merelakan hidupnya menjadi korban untuk terwujudnya kedamaian dunia di masa depan.

Demikianlan sekilas pertunjukan yang digelar oleh Yayasan Swargaloka didukung Bakti Budaya Djarum Foundation. Pementasan Drayang (Drama Wayang) tersebut berjudul “Sukesi” Saskara Alengka yang diselenggarakan di Teater Kautaman Gedung Pewayangan Jakarta, Taman Mini Indonesia Indah, pada hari Minggu, 26 Maret 2017 pukul 15.30 WIB.

Drayang Swargaloka digarap dengan memadukan berbagai unsur seni yaitu ; seni seni tari, seni teater, seni musik, seni rupa dan seni olah sabet wayang, dikemas dalam pertunjukan berdurasi 90 menit tanpa jeda. Drayang Swargaloka digarap dan diperankan oleh para seniman alumni perguruan tinggi seni dan seniman profesional dari Surakarta dan Jakarta. Mereka adalah seniman-seniman pilihan yang mempunyai pengalaman di dalam dan di luar negeri. Diantaranya adalah Dewi Sulastri, Ali Marsudi, Harris Syaus. Melibatkan 50 penari dari Swargaloka Dance Company dengan penata tari muda Bathara Saverigadi, didukung musik Dedek Gamelan Orchestra dengan penata musik Dedek Wahyudi, sutradara Irwan Riyadi dengan penata kostum Yani Wuladari. Drayang Swargaloka dikemas dinamis, memukau dan kekikinian dengan sasaran penonton anak-anak muda.

Semoga kegiatan ini mampu memberikan inspirasi kepada masyarakat terutama generasi muda untuk terus berkarya serta meningkatkan rasa cinta dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. Mencintai budaya adalah wujud rasa bangga dan cinta kita terhadap Indonesia, karena yang menyatukan bangsa adalah budaya. Cinta Budaya, Cinta Indonesia.

Tagar: