Pertunjukan Ludruk Genaro Ngalam berjudul Balada Pisang Ambon merupakan bagian dari kegiatan Hari Ulang Tahun Taman Ismail Marzuki ke 50. Yayasan Rumpun Nusa Selaras selaku mitra penyelenggara dari Unit Pengelola Pusat Kesenian Jakarta, Taman Ismail Marzuki (UP PKJ-TIM) merangkum perayaan tersebut dengan mengadakan acara Pekan Pentas Seni Teater Tradisi Indonesia dengan mengusung tema “Seni Bersama – Bersama Seni”. Kegiatan yang didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation ini digelar pada tanggal 7 hingga 11 November 2018.
Adapun kelompok seni tradisional yang berpartisipasi, antara lain adalah beberapa sanggar Tari dan Topeng Betawi, Teater anak-anak Tanah Air, Lenong Abang None, pentas Wayang Kulit semalam suntuk, Ketoprak Tobong, Ludruk Genaro Ngalam, Tari Bali, serta beberapa teater kontemporer seperti Tabusai Dance dan Cipta Urban. Sedangkan beberapa grup musik popular antara lain Maliq & d’Essential, Kunto Aji, Tohpati Ethnomission, Shout, White Shoes & The Couples Company, Gugun Blues Shelter, Chiki Fawzi, Altajaru dan lainnya.
Ludruk berjudul Balada Pisang Ambon berkisah tentang Bu Lurah yang menerima lamaran dari seorang saudagar kaya yang bernama Bunali. Bunali telah memberikan uang sebanyak lima ratus juta rupiah serta perhiasan emas dan berlian. Sedang Pak Lurah Jamino juga menerima lamaran Panut anak tunggal Pak Kartubi, tanpa sepengetahuan Bu Lurah. Panut hanya memberikan setandan pisang ambon sebagai tanda pengikat.
Pak Lurah dan Bu Lurah kaget, setelah tahu bahwa mereka telah menerima lamaran sendiri–sendiri untuk Ranti. Pak Lurah Jamino dan Bu Lurah saling menyalahkan , kenapa menerima lamaran untuk putrinya tidak saling memberitahukan.
Pada hari yang sudah di tentukan, Bunali datang ke rumah Pak Lurah Jamino untuk meminta jawaban. Ternyata Putri Pak Lurah Jamino yang sudah menjalin cinta dengan Panut menolak lamaran Pak Bunali .
Karena ditolak lamarannya, Bunali meminta kembali uangnya yang lima ratus juta rupiah dan semua perhiasannya untuk di kembalikan secara utuh tanpa berkurang satu rupiah pun. Dengan berat hati Bu Lurah terpaksa mengembalikan uang dan perhiasan Bunali
Tak lama kemudian datang Panut bersama orang tuanya untuk meminta jawaban atas pinangannya terhadap Ranti. Karena kecewa. Bu Lurah juga menolak lamaran Panut. Panut meminta pisang nya juga di kembalikan utuh tanpa berkurang satupun. Padahal pisang itu sudah di makan Bu Lurah sebanyak dua buah. Pak Demang meminta Bu Lurah untuk memuntahkan pisang yang sudah dimakan nya namun tentu saja tidak bisa. Akhirnya lamaran Panut yang di terima karena Bu Lurah tidak mungkin mengembalikan pisang yang sudah di makannya.
Semoga kegiatan ini mampu memberikan inspirasi kepada masyarakat terutama generasi muda untuk terus berkarya serta meningkatkan rasa cinta dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. Mencintai budaya adalah wujud rasa bangga dan cinta kita terhadap Indonesia, karena yang menyatukan bangsa adalah budaya. Cinta Budaya, Cinta Indonesia.