Sebagai salah satu kelompok teater paling produktif di Indonesia, Teater Koma kembali dengan produksi terbarunya berjudul J.J Sampah-Sampah Kota yang didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation. Lakon yang menjadi produksi ke-159 ini dipentaskan pada 8 – 17 November 2019 di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Lakon ini ditulis oleh N. Riantiarno dan telah dipentaskan oleh Teater Koma pada 1979. Setelah 40 tahun berlalu, Teater Koma kembali mementaskan lakon ini dengan arahan Rangga Riantiarno yang berperan sebagai sutradara. Ini merupakan kali kedua penyutradaraannya di Teater Koma setelah Antigoneo pada 2011 yang lalu.
“Teater Koma merupakan salah satu kelompok teater yang sukses melakukan regenerasi dengan merekrut generasi muda untuk turut serta dalam berbagai produksinya. Sangat menarik melihat bagaimana Teater Koma mendelegasikan posisi dan peran dari generasi terdahulu kepada generasi muda, termasuk juga dengan penyutradaraan yang selama ini dipegang oleh Bapak N. Riantiarno mulai diarahkan kepada anaknya Rangga Riantiarno. Campur tangan Rangga dalam lakon yang telah dipentaskan 40 tahun yang lalu ini akan memberikan kesegaran baru dengan tampilan yang lebih menarik,” ujar Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.
Lakon J.J Sampah-Sampah Kota ini berkisah tentang sepasang suami istri bernama Jian dan Juhro yang hidup di sebuah gubuk di kolong jembatan. Jian bekerja sebagai kuli pengangkut sampah. Ia digaji harian dan tidak punya jaminan masa depan. Meski begitu dia tetap bekerja dengan jujur, rajin, giat dan gembira. Bersama Juhro, yang tengah hamil tua, dia hidup bahagia.
Semua ini tak lepas dari pengawasan Mandor Kepala dan tiga mandor bawahannya, Tiga Pemutus. Mereka ingin melihat sampai sejauh mana kejujuran Jian bisa dipertahankan. Suatu hari, Para Pemutus menjatuhkan tas berisi uang yang amat banyak di sekitar tempat Jian bekerja. Kejujuran Jian dipertaruhkan dalam lakon ini.
Bicara soal sampah dan penguasa korup memang seolah tak ada habisnya di setiap era. Namun bagaimana dengan kejujuran? Seperti apa rasanya mempertahankan nilai kejujuran pada era di mana ketidakadilan dan ketidakjujuran bisa dengan mudahnya ditemui di sudut kota mana pun? Jawabannya, tentu tidak sesederhana itu. Sama halnya dengan, betapa tidak sederhananya mementaskan kembali lakon yang sudah dipentaskan puluhan tahun lalu di era sekarang.
“Saya memilih untuk mementaskan kembali lakon ini karena kisah para pemegang kekuasaan mempermainkan orang-orang kecil nyatanya, dan ironisnya tidak lekang oleh waktu. Selalu terjadi, terulang kembali, tak hanya di Indonesia, tapi di seluruh dunia. Memang 40 tahun lalu waktu yang cukup lama untuk kembali mementaskan lakon ini dan para pemainnya tentu berbeda. Ada tokoh-tokoh yang dulu diperankan pria, kini dimainkan wanita. Multimedia juga jadi elemen baru dalam pementasan kali ini, karena ada satu tokoh yang hanya dimunculkan via multimedia, Menariknya, tokoh ini akan berinteraksi dengan tokoh lain, bahkan bernyanyi,” ujar Rangga Riantiarno, sutradara.
Pementasan J.J Sampah-Sampah Kota kali ini didukung oleh aktor-aktor kawakan seperti Idries Pulungan, Budi Ros, Daisy Lantang, Ratna Ully, Ohan Adiputra, Tuti Hartati, Ade Firman Hakim, Raheli Dharmawan, Toni Tokim, Hengky Gunawan, Angga Yasti, Suntea Sisca, Bayu Dharmawan, Andhini Puteri Lestari, Sekar Dewantari, Febri Siregar, Dana Hassan, Radhen Darwin, Palka Kojansow, Pandu Pangestu, Zulfi Ramdoni, dan masih banyak lagi. Tata busana Alex Fatahillah bersama tata rias karya Subarkah Hadisarjana dan tata rambut garapan Sena Sukarya dengan dukungan PAC Martha Tilaar akan berpadu dengan tata artistik garapan Idries Pulungan, tata cahaya besutan Deray Setyadi, latar animasi dan multimedia olahan Deden Bulqini.
Tata gerak Ratna Ully serta arahan instruktur vokal Naomi Lumban Gaol akan diiringi oleh musik komposisi dan aransemen karya Fero A. Stefanus. Lakon ini juga mendapat sentuhan ilustrator buku acara Saut Irianto Manik, dan perancang grafis ra7dika. Semua didukung oleh Konsultan Kreatif N.Riantiarno dan Ohan Adiputra, Pimpinan Panggung Sari Madjid, Pengarah Teknik Tinton Prianggoro, Pimpinan Produksi Ratna Riantiarno, di bawah arahan Co-Sutradara Bayu Dharmawan dan Sutradara Rangga Riantiarno.
Semoga kegiatan ini mampu memberikan inspirasi kepada masyarakat terutama generasi muda untuk terus berkarya serta meningkatkan rasa cinta dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. Mencintai budaya adalah wujud rasa bangga dan cinta kita terhadap Indonesia, karena yang menyatukan bangsa adalah budaya. Cinta Budaya, Cinta Indonesia.