Indonesia dianugerahi kekayaan alam yang luar biasa oleh Yang Maha Kuasa. Selain lanskap yang beragam—dari pegunungan hingga lautan dalam, serta tanah yang subur dan berbagai jenis tanaman—Indonesia juga memiliki beragam hewan endemik yang langka dan hanya terdapat di Indonesia. Secara geografis, Indonesia terletak di pertemuan antara dua garis Wallace dan Weber, dan kondisi ini memengaruhi penyebaran satwa di Indonesia. Salah satu yang jelas adalah jenis satwa di Indonesia Timur yang memiliki kemiripan dengan satwa yang ada di Australia.
Berbicara satwa di Indonesia timur khususnya Maluku, kondisi saat ini cukup memprihatinkan. Banyak satwa langka khususnya jenis burung yang masih menjadi incaran para pemburu. Tidak hanya perburuan untuk dibunuh, namun juga dijual demi keuntungan pribadi semata. Untuk menanggulangi hal ini, maka diperlukan adanya upaya dari segala pihak. Salah satu upaya yang dilakukan adalah membuat penegasan hukum yang ketat dan razia di berbagai tempat. Namun, yang paling krusial adalah tahap setelah upaya ini. Seperti halnya manusia, hewan yang baru saja mengalami kejadian buruk juga akan mengalami trauma dan untuk mengatasi hal ini maka diperlukan adanya pemulihan secara fisik dan psikologis misalnya dalam bentuk Pusat Rehabilitasi Satwa.
Pusat Rehabilitasi Satwa milik Maluku terdapat di Desa Masihulang, tak jauh dari kawasan Taman Nasional Manusela.
Ternyata, Maluku sudah memiliki Pusat Rehabilitasi Satwa sendiri. Tempat ini terdapat di Pulau Seram, tepatnya di Desa Masihulang yang tidak jauh dari kawasan Hutan Manusela. Awalnya tempat ini adalah kerjasama pemerintah setempat dengan sejumlah organisasi non-profit yang bergerak di bidang pelestarian satwa. Namun seiring perkembangannya, kini kendali tempat ini sepenuhnya oleh pemerintah Indonesia di bawah Kementerian Kehutanan.
Pusat Rehabilitasi Satwa ini berada di pinggiran hutan yang berbatasan langsung dengan Taman Nasional Manusela. Tempat ini tampak masih sangat alami di dalam hutan, namun tidak jauh dari jalan besar dan pemukiman warga. Di tempat ini, kita akan melihat fasilitas rehabilitasi yang terdiri dari banyak kandang dan beberapa bangunan lain sebagai pos penjaganya. Adapun hewan yang terdapat di tempat ini kebanyakan adalah burung dengan jenis yang beragam seperti kakatua, nuri, bahkan burung yang sangat langka seperti mambruk dan kasuari. Tetapi, mayoritas burung ini tidak menutup kemungkinan hewan jenis lain seperti kangguru atau ular untuk direhabilitasi di tempat ini.
Setiap satwa yang masuk ke Pusat Rehabilitasi Satwa ini harus menjalani 3 tahapan secara berurutan.
Setiap satwa yang masuk ke Pusat Rehabilitasi Satwa ini harus menjalani 3 tahapan secara berurutan. Yang pertama adalah karantina, pada tahap ini hewan harus diperiksa dan dipastikan tidak dalam kondisi sakit secara fisik maupun mental. Bila ditemukan adanya penyakit, maka hewan harus menjalani proses perawatan sebelum beralih ke tahap selanjutnya. Tahap kedua adalah tahap peralihan dan pendidikan, pada tahap ini hewan menjalani proses pengenalan lingkungan mereka yang seharusnya. Tahap ini diperlukan agar hewan tahu betul lingkungan mereka yang sebenarnya setelah mereka mungkin hidup dalam kandang dan tinggal bersama manusia dalam waktu yang lama. Tahap terakhir adalah areal sosialisasi dan proteksi dimana hewan benar-benar di kondisikan masuk ke dalam habitat mereka sebenarnya, namun masih dalam pengawasan Pusat Rehabilitasi Satwa. Tahap ini merupakan masa persiapan bagi hewan sebelum akhirnya benar-benar dilepas ke habitat alam yang susungguhnya.
Ketiga tahap ini dilakukan agar hewan benar-benar bisa dilepas ke habitat alam yang susungguhnya.
Pusat Rehabilitasi Satwa di Desa Masihulang ini adalah tempat yang dibentuk secara luar biasa oleh manusia sebagai bentuk kepedulian terhadap kekayaan alam yang berupa hewan. Manusia sudah diberi kepercayaan oleh Yang Maha Kuasa untuk mengelola segala ciptaan-Nya, untuk itu sudah seharusnya kita mengusahakan untuk terus menjaga segala ciptaan ini. Indonesia sudah dianugerahi dengan kekayaan alam yang luar biasa, oleh sebab itu sudah sewajarnya bagi kita bangsa Indonesia untuk terus menjaga alam ini, apa pun bentuknya.