Pulau Antang terletak di Kabupaten Anambas, Kepulauan Riau—wilayah yang lebih sering terdengar sebagai surga bahari, namun menyimpan peran strategis yang tak banyak disadari orang. Tidak sekadar gugusan pulau di perbatasan, Antang berdiri sebagai titik penting dalam sistem pengawasan laut Indonesia bagian barat.
Pemerintah menetapkan pulau kecil ini sebagai pangkalan pengawasan perikanan, dan menjadikannya rumah bagi setidaknya tujuh kapal patroli milik Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Setiap hari, kapal-kapal ini bersiaga mengawasi aktivitas kelautan di zona ekonomi eksklusif yang rawan pencurian ikan oleh kapal asing.
Antang menjadi garis depan dalam menjaga kedaulatan maritim dan ketahanan pangan nasional.
Kehadiran pangkalan ini bukan hanya simbol kehadiran negara di batas terluar, tapi juga bagian dari sistem pertahanan sumber daya laut nasional. Letaknya yang berada di Kepulauan Anambas, dekat dengan perairan Natuna dan Laut Cina Selatan, menjadikan Pulau Antang memiliki posisi strategis dalam pengawasan wilayah ZEE Indonesia. Di kawasan yang kaya potensi perikanan namun juga kerap menjadi sasaran kapal asing pencuri ikan, kehadiran armada patroli di Antang menjadi garis depan dalam menjaga kedaulatan maritim dan ketahanan pangan nasional.
Dalam lanskap kelautan yang kompleks—di mana kepentingan ekonomi, lingkungan, dan geopolitik saling bertaut—Antang berdiri sebagai garda awal perlindungan. Dari pulau inilah operasi patroli diluncurkan, baik untuk pemantauan, penindakan terhadap pelanggaran hukum laut, hingga perlindungan terhadap aktivitas perikanan rakyat.
Dikelilingi laut biru kehijauan dan hamparan langit tanpa batas, suasana di sekitar dermaganya terasa asing dari segala keramaian.
Meski fungsinya cenderung teknis dan strategis, Pulau Antang juga menyimpan lanskap tenang dan terpencil yang tak kalah menarik bagi pencinta perjalanan nonkonvensional. Dikelilingi laut biru kehijauan dan hamparan langit tanpa batas, suasana di sekitar dermaganya terasa asing dari segala keramaian. Jauh dari jalur wisata utama, tempat ini memberi pengalaman tentang pulau yang hidup bukan dari pariwisata, tapi dari tugas negara yang berlangsung diam-diam.
Dalam satu hari, Antang bisa terasa seperti pangkalan militer sekaligus tempat pelarian dari kebisingan. Pulau ini adalah contoh konkret bahwa batas negara bukan hanya tentang garis di peta, melainkan titik-titik nyata tempat kehidupan, pengawasan, dan perlindungan berlangsung senyap, konsisten, dan bermakna.