Angin di Pulau Ternate membawa cerita sejarah yang begitu kental. Pikiran saya melayang, membayangkan ratusan kisah yang telah terjadi, dari zaman prasejarah hingga masa kolonial dan modern. Ternate menyimpan jutaan pengorbanan dan kemajuan yang membentuk pulau ini. Salah satu saksi sejarah yang tetap berdiri hingga kini adalah Benteng Tolukko, yang kokoh di atas bukit batu di Kelurahan Sangadji, Ternate Utara.
Selain Benteng Tolukko, ada pula bangunan-bangunan bersejarah lain yang terawat dengan baik. Meskipun fungsinya telah berubah, bangunan-bangunan tersebut tetap menjadi saksi bisu perjalanan panjang masyarakat Ternate.
Benteng Tolukko awalnya dibangun oleh Portugis pada abad ke-16 untuk menguasai perdagangan rempah di Ternate.
Seperti halnya banyak benteng di Ternate, Benteng Tolukko pada awalnya merupakan bangunan buatan Portugis yang menguasai hampir seluruh perdagangan rempah di Ternate pada abad ke-16. Seorang panglima tentara Portugis yang bernama Fransisco Serraow membangun benteng yang pada awalnya bernama Santo Lucas ini sebagai pertahanan sekaligus pusat penyimpanan rempah-rempah asli Ternate yang akan mereka perdagangkan. Benteng ini berada pada tempat yang sangat strategis karena sangat dekat dengan wilayah perairan, berada di puncak bukit yang cukup tinggi dan dapat menjadi tempat sempurna untuk mengawasi segala gerak-gerik yang terjadi di Istana Kesultanan Ternate.
Namun, setelah perlawanan rakyat Ternate di bawah pimpinan Sultan Baabullah, maka kekuasaan Portugis pun berakhir pada tahun 1577. Sejak itu, Benteng Santo Lucas pun dikuasai Kesultanan Ternate hingga akhirnya Belanda datang, merebut benteng tersebut, dan mengganti namanya menjadi Benteng Hollandia. Benteng ini kemudian dipugar pada tahun 1610 dan dijadikan salah satu pertahanan Belanda di Ternate. Selanjutnya, berdasarkan beberapa perjanjian kerjasama yang terjadi antara pemerintah VOC dan Kesultanan Ternate, maka pada tahun 1661 Sultan Ternate yang bernama Mandar Syah diberi ijin untuk menempati Benteng Hollandia dengan personil sekitar 160 orang.
Konon, benteng ini memiliki sebuah lorong rahasia yang menghubungkan langsung ke wilayah pantai.
Nama “tolukko” yang melekat pada benteng ini menyimpan cerita menarik. Salah satu kisah menyebutkan bahwa nama Tolukko digunakan sejak masa pemerintahan Sultan Ternate, Kaicil Tolukko, sekitar tahun 1692. Ada pula yang menyebutkan bahwa nama tersebut merupakan modifikasi dari Benteng Santo Lucas, karena masyarakat Ternate kesulitan melafalkan Santo Lucas dan akhirnya menyebutnya “tolukko”. Meskipun asal-usul nama ini masih belum sepenuhnya jelas, hal tersebut tidak mengurangi pentingnya peran Benteng Tolukko bagi penguasa, mulai dari Portugis, Belanda, hingga Kesultanan Ternate.
Konon, benteng ini memiliki sebuah lorong rahasia yang menghubungkan langsung ke wilayah pantai. Pada masa penguasa Portugis dan Belanda, lorong ini digunakan sebagai jalur pelarian saat terjadi pemberontakan atau situasi genting lainnya. Namun, sejak tahun 1996, benteng ini dipugar dan lorong tersebut ditutup demi alasan keamanan. Meskipun demikian, hal ini tidak mengurangi nilai sejarahnya. Benteng Tolukko tetap berdiri megah dan indah, menjadi saksi bisu dari setiap kisah perjalanan Ternate di masa lalu.