Tak lama melintas Gerbang ‘Kampung Turki’ Lampuuk, kita tiba di sebuah masjid megah berkubah hitam. Diresmikan untuk pertama kalinya pada 12 September 1997 oleh Gubernur Aceh saat itu Prof. Syamsudin Mahmud. Masjid ini diberi nama Rahmatullah. Dibalik kemegahannya, masjid ini menjadi saksi kedahsyatan hempasan gelombang Tsunami yang meluluhlantakkan Aceh, pada 2004 silam. Masjid Rahmatullah menjadi satu-satunya bangunan yang tersisa dari sebuah perkampungan di Kecamatan Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar.
Sebelum Tsunami, perkampungan ini dihuni oleh sekitar 6.000 jiwa yang umumnya berasal dari kelas menengah keatas. Masyarakat di perkampungan ini kebanyakan karyawan PT. Semen Andalas Indonesia, selain terdapat pula nelayan, petani dan berbagai latar belakang profesi lainnya.
Ketika terjadi Tsunami, seluruh bangunan hancur dan terhempas hingga ratusan meter ke arah daratan. Hanya sekitar 700 warga yang selamat, sedangkan ribuan lainnya menemui takdirnya ketika itu.
Dari semua kehancuran yang terjadi, ajaibnya Masjid Rahmatullah yang berjarak hanya sekitar 500 meter dari bibir pantai tetap berdiri dengan kokoh. Meskipun beberapa sisi bangunan masjid rusak, akan tetapi sebagian besar tetap utuh dan selamat.
Hal ini pun mengundang perhatian jurnalis dan fotografer lokal maupun internasional untuk mengabadikannya. Beberapa foto dari berbagai sudut, khususnya foto udara menunjukkan bagaimana keseluruhan kampung di sekitar masjid ini benar-benar rata dengan tanah.
Seiring datangnya bantuan dari dunia internasional, kondisi Aceh yang telah porak poranda perlahan kembali ditata. Tak terkecuali di daerah sekitar pantai Lampuuk. Masjid Rahmatullah pun mengalami renovasi dan diperbesar. Sepasang menara kembar pun ditambahkan dalam arsitektur baru masjid yang menjadikan tampilan masjid yang baru ini menjadi tambah indah.
Meskipun bangunan Masjid Rahmatullah yang baru menjadi lebih megah dari sebelumnya, Beberapa sisi masjid bagian belakang tetap dipertahankan seperti kondisi aslinya yang rusak akibat Tsunami. Hal ini dilakukan sebagai pengingat dan peringatan bagi masyarakat mengenai bahaya bencana Tsunami di masa yang akan datang.
Menyaksikan pemandangan ‘Kampung Turki’ di tengah bentangan alam Lampuuk dari puncak menaranya, membuat kita tergetar membayangkan kejadian beberapa tahun yang lalu saat ribuan jiwa yang melayang dalam tragedi Tsunami.