Desa Bena, Warisan Budaya Zaman Batu di Bajawa Flores - Indonesia Kaya

Cari dengan kata kunci

desa-bena-1290.jpg

Desa Bena, Warisan Budaya Zaman Batu di Bajawa Flores

Sebuah desa terpencil di Nusa Tenggara Timur dengan masyarakat yang mempercayai dan memuja gunung sebagai tempat tinggal para dewa.

Pariwisata

Kampung Bena merupakan sebuah perkampungan megalitikum yang terletak di Kabupaten Ngada, Flores, NTT, tepatnya di Desa Tiwuriwu, Kecamatan Aimere. Akses menuju Kampung Bena dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan sewa dari Bajawa dengan jarak tempuh sekitar 19 km ke arah selatan Bajawa. Dari Labuan Bajo, Bajawa dapat ditempuh sekitar 7-8 jam melalui perjalanan darat. Letak Desa Bena yang terletak di puncak bukit dengan latar belakang Gunung Inerie sungguh membuat suasana Desa Bena semakin asri dan eksotis. Keberadaannya di bawah gunung merupakan ciri khas masyarakat lama yang mempercayai dan memuja gunung sebagai tempatnya para dewa, dan masyarakat Bena meyakini bahwa keberadaan Dewa Yeta yang bersinggasana di Gunung Inerie akan melindungi kampung mereka.

Desa ini terletak di puncak bukit dengan latar belakang Gunung Inerie.

Saat ini, Desa Bena terdiri dari kurang lebih 45 buah rumah yang saling mengelilingi dengan 9 suku yang menghuni rumah-rumah tersebut, yaitu suku Dizi, suku Dizi Azi, suku Wahto, suku Deru Lalulewa, suku Deru Solamae, suku Ngada, suku Khopa, dan suku Ago. Pembeda antara satu suku dengan suku lainnya adalah adanya tingkatan sebanyak 9 buah dan setiap satu suku berada dalam satu tingkat ketinggian. Susunan rumah-rumah di Bena terlihat sangat unik karena bentuknya yang melingkar membentuk huruf U, dan setiap rumahnya pun memiliki hiasan atap yang berbeda satu sama lainnya berdasarkan garis keturunan yang berkuasa dan tinggal di rumah tersebut.

baca : pulau kelor labuan bajo

Saat ini, Desa Bena terdiri atas kurang lebih 45 buah rumah dan 9 suku yang menghuni rumah-rumah tersebut.

Di tengah-tengah desa, terdapat sebuah bangunan yang biasa disebut oleh masyarakat lokal Bena, nga’du dan bhaga. Keduanya merupakan simbol leluhur kampung yang berada di halaman, kisanatapat, tempat upacara adat digelar untuk berkomunikasi dengan leluhur mereka. Nga’du berarti simbol nenek moyang laki-laki dan bentuknya menyerupai sebuah paying dengan bangunan bertiang tunggal dan beratap serat ijuk,  hingga bentuknya mirip pondok peneduh. Tiang ngadhu biasa dari jenis kayu khusus dan keras karena sekaligus berfungsi sebagai tiang gantungan hewan kurban ketika pesta adat. Sedangkan bhaga berati simbol nenek moyang perempuan yang bentuknya menyerupai bentuk miniatur rumah.

Keberadaan desa ini menjadi daya tarik wisatawan mancanegara khususnya Jerman dan Italia.

Untuk mengunjungi Desa Bena pengunjung tidak dikenakan tiket masuk namun para pengunjung diharapkan mengisi buku tamu dan memberikan sumbangan sukarela untuk biaya pemeliharaan dan pelestarian kampung. Tak hanya bekerja sebagai petani, para wanita Desa Bena biasanya lebih sering terlihat menenun kain khas Flores yang nantinya dijual ke wisatawan dengan kisaran harga mencapai 300 ribuan. Cukup mahal memang, tapi tenang saja bagi yang tak membawa cukup uang dapat membeli syal tenun khas Bena dengan harga 75.000-100.000 saja. Desa Bena yang menjadi daerah tujuan wisata Kabupaten Ngada selain menjadi daya tarik bagi wisatawan domestik, ternyata keberadaannya juga menjadi daya tarik bagi wisatawan mancanegara khususnya Jerman dan Italia.

Bagi yang ingin merasakan sensasi kehidupan pada masa zaman batu bersama keramahan senyum para penduduknya, singgahlah sejenak di Desa Bena jika sedang melakukan perjalanan darat di Flores. Nikmatilah kemewahan dan kemegahan salah satu warisan budaya Nusantara yang mengagumkan di Bena.

Informasi Selengkapnya
  • Elsa Dwi Lestari

  • Indonesia Kaya