Gapura bergaya Hindu langsung menyambut begitu pengunjung akan memasuki taman wisata alam berbalut religi di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, ini. Menapaki ratusan anak tangga, pengunjung akan menemukan makam seorang tokoh penyebar agama Islam di tanah Cirebon. Wisata alam dan ziarah ini bernama Plangon, berada di bukit rimbun dengan pepohonan jati sebagai penghiasnya.
Secara geografis, Situs Plangon terletak di Desa Babakan, Kecamatan Sumber, Cirebon, Jawa Barat. Menempati lahan seluas 48 hektare, wisata alam Plangon hanya berjarak 16 km dari pusat Kota Cirebon, atau dapat ditempuh hanya dalam waktu 45 menit saja.
Nama Plangon berasal dari bahasa Tegal, “klangenan,” yang berarti tempat atau bukit untuk menenangkan diri.
Menurut juru kunci yang menjaga situs wisata alam tersebut, nama Plangon berasal dari bahasa Tegal, yaitu Klangenan, yang berarti tempat atau bukit untuk menenangkan diri. Nama ini diberikan oleh Pangeran Panjunan (Syech Syarif Abdurachman) dan Pangeran Kejaksaan, dua anak dari Raja Sulaeman bin Hud Al Baghdad, seorang raja dari Kerajaan Baghdad, Irak.
Juru kunci makam juga mengungkapkan, kedua pangeran tersebut awalnya hanya membutuhkan tempat untuk menenangkan diri ketika menyiarkan Islam yang dianutnya. Kedua pangeran kemudian melakukan pendakian ke Bukit Plangon yang sebelumnya bernama Gunung Rabo. Karena terpikat dengan kedamaian yang tercipta, Pangeran Panjunan dan Pangeran Kejaksaan tinggal dan menetap hingga akhir hayatnya.
Makam kedua pangeran ini dapat dikunjungi di bagian puncak Bukit Plangon. Susunan bata merah menjadi landasan yang dipakai untuk menopang struktur bangunan. Selain itu, pada bagian temboknya dihiasi dengan keramik perpaduan gaya Arab dan Eropa.
Pada bagian dalam makam yang berukuran 3,15 x 3,25 m ini terdapat dua pintu yang ditujukan untuk Pangeran Panjunan dan Pangeran Kejaksaan. Pengunjung bisa memasuki jika mendapatkan izin dari juru kunci.
Pengunjung dapat melihat kawanan monyet yang bebas berkeliaran di sekitar area wisata.
Menariknya, ketika mengunjungi Situs Plangon, pengunjung akan menyaksikan kawanan monyet yang dibiarkan bebas berkeliaran di sekitar area wisata ini.
Konon, awalnya hanya ada sepasang monyet yang dibawa oleh Pangeran Panjunan dari kunjungan ke Aceh. Namun karena lokasi yang tepat dan cocok secara geografis, kawanan monyet ini berkembang biak dan menjadi penghuni Bukit Plangon.
Kawanan monyet ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung. Bergaul dan berbaur bersama mereka menjadi keasyikan tersendiri. Cara memanggil kawanan monyet tersebut juga sangat unik, yakni dengan memukul salah satu pohon tua yang terdapat lubang di bagian tengahnya, sontak kawanan monyet akan turun dengan sendirinya.