Tujuh Mata Air Beda Rasa di Sapta Tirta Pablengan - Indonesia Kaya

Cari dengan kata kunci

Sapta_Tirta_1200.jpg

Tujuh Mata Air Beda Rasa di Sapta Tirta Pablengan

Pada masa lalu, tempat ini merupakan benteng pertahanan pasukan Raden Mas Said tepatnya di tahun 1725-1795 ketika melawan penjajah Belanda. Di kawasan ini, juga terdapat peninggalan dari salah satu tokoh perjuangan yang mendapat julukan Pangeran Samber Nyowo tersebut. Peninggalan yang dimaksud berupa tempat semedi yang dinamakan tatalan.

Pariwisata

Terletak sekitar 3 kilometer dari pusat Kota Karanganyar, tepatnya di Desa Pablengan, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar, terdapat sumber mata air yang dianggap sakral. Nama tempat ini adalah Sapta Tirta Pablengan.

Sesuai dengan namanya, terdapat tujuh mata air di kawasan seluas 1 hektare ini. Letak ketujuh mata air di kawasan ini saling berdekatan. Jarak terdekat antara satu mata air dengan mata air lain adalah 5 meter sementara yang paling jauh adalah 13 meter.

Uniknya, meski letaknya saling berdekatan, ketujuh mata air di sini memiliki kandungan berbeda-beda. Setiap mata air di kawasan ini pun dianggap memiliki khasiat yang berbeda. Air Bleng yang memiliki rasa asin dipercaya dapat membantu menyembuhkan penyakit katarak. Air Urus-urus yang merupakan mata air paling asin di kawasan ini dipercaya dapat memperlancar buang air.

Berikutnya, Air Soda yang dipercaya dapat membantu menyembuhkan penyakit dalam serta menurunkan kolesterol, gula, dan asam urat. Air Kesakten dipercaya dapat menambah keberanian dan kewibawaan. Air Hangat dipercaya dapat menyembuhkan penyakit kulit. Air Hidup yang mengandung belerang dipercaya dapat membuat awet muda. Sementara, satu-satunya sumber mata air yang tidak bisa dikonsumsi adalah Air Mati. Sumber mata air ini mengandung karbondioksida.

Selain itu, di kawasan ini, terdapat pula pemandian para putri keraton atau biasa disebut Keputren peninggalan Raden Mas Surono atau Mangkunegoro VI. Keputren ini terdiri dari enam bilik kamar mandi.

Pada masa lalu, tempat ini merupakan benteng pertahanan pasukan Raden Mas Said tepatnya di tahun 1725-1795 ketika melawan penjajah Belanda. Di kawasan ini, juga terdapat peninggalan dari salah satu tokoh perjuangan yang mendapat julukan Pangeran Samber Nyowo tersebut. Peninggalan yang dimaksud berupa tempat semedi yang dinamakan tatalan.

Para peziarah yang akan berziarah ke makam raja-raja di Astana Mangadek dan Girilayu biasa menyucikan diri di tempat ini.

Sapta Tirta Pablengan buka dari jam 09.00 WIB hingga 16.00 WIB. Tiket masuk ke kawasan ini sebesar Rp3.000. [Agung/IndonesiaKaya]

Informasi Selengkapnya
  • Elsa Dwi Lestari

  • Indonesia Kaya