Seorang pejuang wanita muda belia tegak berdiri di deretan laskar perlawanan terhadap Belanda yang dipimpin Kapitan Pattimura. Gadis itu berambut panjang, berikat tali merah di kepala dan menatap tajam kepada ratusan tentara Belanda yang siap menyerang pasukan tersebut. Berbekal semangat pantang menyerah dan kabaressi (artinya keberanian dalam bahasa Maluku), sang srikandi muda bertekad untuk mengusir para penjajah Belanda dari tanah Maluku. Gadis pejuang itu bernama Martha Christina Tiahahu, seorang Pahlawan Nasional Indonesia yang berasal dari Maluku.
Membaca sekilas tentang profil di atas saja, sudah dapat terbayang seperti apa sosok Martha Christina Tiahahu. Seorang gadis belia yang berani untuk bergabung dan berjuang bersama pasukan perlawanan yang umumnya pria. Sebuah perpaduan kelembutan dan ketangguhan di dalam pribadi seorang wanita muda yang rela mati bagi kemerdekaan bangsanya. Nilai lebih inilah yang membuat pemerintah Maluku akhirnya memutuskan untuk membuat sebuah Taman Monumen untuk didedikasikan bagi Sang Pejuang Wanita Maluku, Martha Christina Tiahahu.
Monumen ini berada di wilayah Karang Panjang, bagian kota Ambon yang berbukit-bukit. Hanya membutuhkan waktu sekitar 10 menit saja dari Pusat Kota Ambon untuk sampai ke tempat ini dengan kendaraan bermotor. Letak Monumen ini tepat bersebelahan dengan kantor DPRD Provinsi Maluku. Karena berada di daerah ketinggian, dari Taman Monumen ini kita dapat melihat pemandangan Kota Ambon beserta lautan lepas yang menjadi latarnya. Biasanya waktu yang tepat untuk menikmati pemandangan ini adalah ketika malam hari, dimana lampu-lampu kota sudah menyala dengan begitu indah.
Bagian utama Taman Monumen ini adalah sebuah patung Martha Christina Tiahahu yang cukup besar dan menghadap ke pusat kota Ambon serta laut lepas. Konon, sangat sulit untuk membuat patung berdiri dengan seimbang. Patung baru dapat berdiri dengan seimbang setelah dihadapkan ke Laut Banda, tempat dimana jenazah Martha Christina Tiahahu disemayamkan di kedalaman laut.
Martha Christina Tiahahu lahir di Nusa Laut, Maluku pada tanggal 4 Januari 1800. Ketika itu, wilayah Maluku masih dikuasai oleh Belanda, terutama dalam hal perdagangan rempah-rempah. Christina kecil adalah anak seorang pemimpin perlawanan rakyat Maluku terhadap Belanda yang bernama Paulus Tiahahu, yang juga dikenal sebagai Kapitan Paulus Tiahahu. Ayah Christina berjuang bersama-sama dengan seorang pahlawan lainnya yang kita kenal sebagai Kapitan Pattimura. Dengan latar belakang keluarga pejuang, Martha Christina Tiahahu kecil pun tumbuh menjadi gadis belia yang mempunyai semangat berjuang seperti ayahnya. Pada umur belasan tahun, Christina sudah mengangkat tombak dan ikut berperang bersama ayahnya dan pasukan Pattimura melawan kekejaman penguasa Belanda.
Perjuangan Christina pun terus dikobarkan seiring berjalannya waktu. Hingga suatu ketika, pasukan perjuangannya tertangkap, termasuk ayahnya yang akhirnya dihukum mati. Kondisi mental Christina muda pun terguncang pada saat itu, hingga akhirnya ia dilepaskan Belanda namun ditangkap lagi dan akan diasingkan ke Pulau Jawa. Dalam perjalanannya menuju pengasingan di Tanah Jawa itulah, Martha Christina Tiahahu menghembuskan nafas terakhirnya karena kondisi kesehatan yang semakin menurun. Pada tanggal 2 Januari 1818, jenazah sang Srikandi Maluku ini disemayamkan di Laut Banda dengan upacara militer. Walaupun perjalanan hidupnya berakhir pada saat itu, namun nama Martha Christina Tiahahu terus dikenang hingga saat ini sebagai salah satu Pahlawan Nasional Indonesia.
Inilah sekilas cerita perjuangan Martha Christina Tiahahu yang dikenal berkemauan keras serta pemberani. Bahkan dalam sebuah pertempuran, pasukan dimana Christina ditempatkan kehabisan amunisi dan dengan penuh keberanian, Christina pun berperang hanya dengan batu-batu yang dilempar untuk mengganti amunisi. Kecintaannya pada tanah Maluku membuat Christina sama sekali tidak takut mati. Dengan latar belakang kisah inilah, maka sangat wajar bila pemerintah Provinsi Maluku mendedikasikan sebuah Taman Monumen untuk mengenang sejarah perjuangannya.
Selain untuk mengenang jasa seorang pahlawan, Taman Monumen Martha Christina Tiahahu juga diperuntukkan untuk pariwisata. Masyarakat lokal maupun wisatawan bebas berkunjung ke taman ini tanpa dipungut biaya apapun. Bahkan, banyak warga yang datang ke tempat ini hanya sekedar untuk bersantai sambil menikmati peralihan sore ke malam hari. Situasi di sekitar monumen pun rapih terjaga sehingga membuat para pengunjung betah untuk berlama-lama menghabiskan waktu di tempat tersebut.
Martha Christina Tiahahu adalah seorang pahlawan muda yang akan menginspirasi banyak Srikandi-srikandi lain di masa ini untuk tetap berjuang tanpa menyerah demi kemajuan dan kemerdekaan Indonesia. Kisah heroik Martha Christina Tiahahu akan selalu dikenang oleh Bangsa Indonesia, khususnya bagi masyarakat Maluku. Akhirnya, di dasar monumen tertulis sebuah prasasti yang berbunyi: “Martha C. Tiahahu, mutiara Nusa Laut (Pulau), Pahlawan Nasional RI, yang berjuang untuk mengusir penjajah Belanda dari Maluku, jatuh pada Januari 2, 1818.”
Baca juga: Sosok Kepahlawanan Wangsa Suta dalam Tari Wangsa Suta
[Phosphone/IndonesiaKaya]