Menara Kudus, Jejak Dakwah Sunan Kudus di Kota Keretek - Indonesia Kaya

Cari dengan kata kunci

1264_thumb_Menara_Kudus_terletak_di_Desa_Kauman_Kecamatan_Kota_Kudus_Jawa_Tengah.jpg

Menara Kudus, Jejak Dakwah Sunan Kudus di Kota Keretek

Dibangun dari bata merah yang direkatkan tanpa semen, menara peninggalan Sunan Kudus ini memancarkan harmoni Hindu, Jawa, dan Islam.

Pariwisata

Saat singgah di Kota Kudus, ada satu destinasi yang begitu ikonik dan tak boleh dilewatkan: Menara Kudus. Bangunan bersejarah yang juga dikenal dengan nama Masjid Al-Aqsa atau Masjid Al-Manar ini didirikan oleh Sunan Kudus pada sekitar tahun 1549 Masehi.

Terletak di Desa Kauman, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, bangunan ini tampil dengan keunikan yang jarang dijumpai. Alih-alih menyerupai menara masjid pada umumnya, bentuknya justru mirip sebuah candi, sehingga menghadirkan nuansa khas yang memikat perhatian.

Jejak gaya arsitektur pada menara bata merah di kawasan Masjid Al-Aqsa ini terlihat jelas, menyerupai Candi Jago di Malang, Jawa Timur. Bahkan, bila diamati lebih dalam, corak bangunannya juga mengingatkan pada Menara Kukul di Bali.

Jejak gaya arsitektur pada menara bata merah di kawasan Masjid Al-Aqsa ini terlihat jelas, menyerupai Candi Jago di Malang, Jawa Timur.

Dengan ketinggian 17 meter dan luas sekitar 100 meter persegi, struktur megah ini menjadi saksi akulturasi budaya antara Hindu, Jawa, dan Islam. Tak hanya bernilai arkeologis, keberadaannya juga memuat makna historis yang tinggi, menjadikannya simbol harmoni budaya yang terjaga hingga kini.

Menurut kisah yang berkembang di masyarakat, Sunan Kudus membangun menara ini dengan teknik yang unik. Bata-bata merah yang menjadi material utama tidak direkatkan dengan adukan semen, melainkan cukup digosokkan satu sama lain hingga saling menempel. Hasilnya, susunan bata menjadi kokoh dan bertahan ratusan tahun hingga sekarang.

Pada bagian atas, bangunan ini memiliki atap dua lapis berbahan kayu jati yang ditopang oleh empat saka guru. Konstruksi ini memperlihatkan perpaduan arsitektur Jawa tradisional dengan sentuhan khas Islam. Di puncaknya, terdapat mustaka atau kubah kecil yang bentuknya menyerupai atap tumpang masjid kuno di Jawa. Dahulu, tempat ini difungsikan sebagai lokasi untuk mengumandangkan azan, sehingga masyarakat sekitar dapat mendengar panggilan ibadah dengan jelas.

Suasana semakin semarak terutama pada tanggal 10 Muharram atau Suro.

Kini, menara tersebut bukan hanya berperan sebagai penanda sejarah, tetapi juga menjadi tujuan wisata religi yang ramai dikunjungi peziarah dari berbagai daerah di Indonesia. Suasana semakin semarak terutama pada tanggal 10 Muharram atau Suro, saat masyarakat mengadakan berbagai tradisi keagamaan.

Tak hanya berziarah, pengunjung juga bisa menikmati ragam kuliner khas Kota Kretek yang dijajakan di sekitarnya. Soto Kudus yang terkenal dengan cita rasanya menjadi hidangan favorit. Sementara itu, bagi yang ingin membawa pulang oleh-oleh, terdapat deretan warung di sisi kanan dan kiri menara yang menjual makanan khas seperti jenang Kudus yang legit serta intip, camilan gurih mirip rengginang yang menjadi kebanggaan masyarakat setempat.

Informasi Selengkapnya
  • Indonesia Kaya

  • Indonesia Kaya