Hari masih gelap. Matahari belum menampakkan sinarnya. Tapi di salah satu desa di Dataran Tinggi Dieng, orang-orang sudah berlalu lalang. Ada yang berjalan kaki, ada yang menggunakan kendaraan. Desa sudah sibuk bahkan sebelum masyarakat desa tersebut memulai aktivitas harian mereka.
Dini hari di Desa Sembungan akan diwarnai dengan rombongan wisatawan. Mereka akan berjalan menuju ujung desa, menyisiri Telaga Cebongan. Di ujung telaga, terdapat sebuah pos. Inilah pintu masuk ke Bukit Sikunir.
Bukit Sikunir mulai dibuka sebagai objek wisata pada tahun 2010. Dua tahun kemudian, popularitasnya melonjak sebagai salah satu primadona objek wisata di Dataran Tinggi Dieng. Dengan tiket masuk sebesar Rp3.000 (hari biasa) atau Rp4.000 (akhir pekan atau hari libur), bukit ini ramai dikunjungi wisatawan yang ingin melihat keindahan matahari terbit.
Dari pos wisata ini, perjalanan menuju puncak Bukit Sikunir menempuh jarak sekitar 1 kilometer. Walau sepanjang perjalanan terdapat papan penanda arah, pengunjung harus berhati-hati saat berjalan di sini.
Karena disusun dari batu kali, permukaan anak-anak tangga akan licin di pagi hari. Terlebih, jika pada malam harinya turun hujan. Selain itu, di sepanjang jalan ini pun tidak ada penerangan. Jadi, membawa perlengkapan penerangan sendiri merupakan keharusan.
Ada dua jalur perjalanan yang bisa dilalui untuk mencapai puncak. Pengunjung yang ingin mencapai puncak dapat memilih jalur yang sesuai dengan kondisi fisik mereka. Jalan yang satu lebih terjal dengan jarak tempuh yang lebih pendek, sementara yang satu lagi lebih landai dengan jarak tempuh yang lebih jauh.
Puncak Bukit Sikunir berada di ketinggian sekitar 2.300 sampai 2.400 meter di atas permukaan laut. Dari puncak ini, saat matahari terbit, akan tersaji pemandangan yang sangat indah. Sebuah pengalaman yang sulit terlupakan.
Cahaya oranye merangsek perlahan di langit hitam. Dari balik barisan pegunungan Sikunir, Sindoro, Merapi, Merbabu, Telomoto, dan Ungaran, matahari perlahan muncul. Berhias awal dan kabut, sinar matahari semakin terasa – memberi kehangatan sebagai pelepas rasa dingin yang menyelimuti Bukit Sikunir.
Melihat pesona alam yang ditawarkan, rasa lelah setelah menempuh perjalanan cukup jauh terasa hilang seketika. Mata akan terbuai dengan keindahan cahaya matahari di awal hari. Wisawatan yang berkumpul di Bukit Sikunir akan meluapkan kegembiraan. Mengeluarkan kamera dan mengabadikan momen indah di Bukit Sikunir.
Karena takut ketinggalan momen yang indah atau tidak ingin menguras tenaga di dini hari, banyak wisatawan yang bermalam di sekitar Bukit Sikunir. Mereka mendirikan tenda-tenda di tanah lapang yang ada di bukit ini. Bukit Sikunir memang terbuka bagi wisatawan yang ingin menginap.
Hanya saja, sebagai catatan, udara di sini sangat dingin. Bukit Sikunir berada di atas desa tertinggi di Pulau Jawa, Desa Sembungan. Jadi, bagi yang berniat menghabiskan malam di bukit ini, sebaiknya membawa beberapa baju hangat.
Menurut penduduk Desa Sembungan, pemandangan matahari terbit di Bukit Sikunir akan sangat indah pada sekitar Bulan Juli atau Agustus. Pada dua bulan ini, dilihat dari Bukit Sikunir, matahari akan muncul dari balik Gunung Sindoro. Hanya saja, karena merupakan musim kemarau, pengunjung yang ingin datang pada bulan-bulan tersebut harus siap menghadapi suhu udara yang sangat dingin – bisa mencapai di bawah 0 derajat Celcius.