Cari dengan kata kunci

lembuswana_1290.jpg

Mengenal Lembuswana, Sosok Penjaga Alam Kalimantan Timur

Makhluk mitologi gabungan banteng, elang, gajah, singa, dan ayam ini diyakini masyarakat Kutai Kartanegara sebagai penjaga hutan dan alam Kalimantan Timur yang megah.

Pariwisata

Indonesia, dengan segala kekayaan budaya dan keindahan alamnya, menjadi tempat kelahiran berbagai legenda dan mitos yang memikat. Salah satu legenda yang mencengangkan adalah cerita tentang Lembuswana, sebuah makhluk gaib yang dipercayai oleh masyarakat setempat sebagai penjaga alam dan hutan yang megah.

Lembuswana adalah entitas gaib yang tersebar dalam berbagai cerita rakyat di Indonesia, khususnya di Kalimantan dan beberapa wilayah lainnya. Namanya dapat dieja dan disebutkan dalam berbagai variasi, seperti Lambuswana, Lembusana, atau Embuswana. Biasanya, Lembuswana digambarkan sebagai sosok besar, kulit berwarna hijau, dan paras yang menakutkan. Sosok ini juga sering dihubungkan dengan lembu atau kerbau.

Legenda Lembuswana berasal dari tradisi lisan masyarakat Indonesia. Meskipun ceritanya berbeda-beda dari satu daerah ke daerah lain, terdapat beberapa elemen inti yang sering muncul dalam narasi tersebut.

Pertama, Lembuswana dianggap sebagai penjaga alam dan hutan yang menjaga kelestarian lingkungan serta melindungi flora dan fauna di sana. Dalam beberapa cerita, mereka dijelaskan sebagai penjaga yang bijaksana dan tegas, siap untuk memberikan hukuman kepada siapa pun yang merusak alam.

Lembuswana dianggap sebagai penjaga alam dan hutan yang menjaga kelestarian lingkungan serta melindungi flora dan fauna di sana.

Kedua, dalam legenda, Lembuswana dianggap sebagai perwujudan alam atau roh hutan yang dapat bermetamorfosis menjadi berbagai bentuk. Hal ini memungkinkan mereka berinteraksi dengan manusia tanpa terdeteksi.

Ketiga, mereka juga dianggap sebagai pelindung bagi hewan-hewan liar, menjaga keseimbangan ekosistem dan melindungi binatang-binatang dari perburuan berlebihan. Dalam beberapa versi cerita, lembuswana juga dapat menghukum mereka yang merusak alam dengan berbagai macam cara.

Legenda Lembuswana bukan hanya sebuah cerita dongeng semata, melainkan juga memiliki makna dan pelajaran yang dalam bagi masyarakat Indonesia. Beberapa pelajaran yang dapat dipetik dari cerita ini meliputi pentingnya hidup harmonis dengan alam, menghormati makhluk gaib atau roh, serta perlunya melindungi keanekaragaman hayati dan spesies yang terancam punah.

Dengan kekayaan budaya dan legenda seperti Lembuswana, Indonesia terus memukau dunia dengan kisah-kisah yang memuliakan alam dan warisan budaya yang luar biasa. Legenda Lembuswana mencerminkan bagaimana masyarakat Indonesia merawat alam dan menjaga keseimbangan antara manusia dan alam semesta.

Lembuswana dari Kalimantan Timur

Di Kalimantan Timur, Lembuswana adalah sebuah ikon legendaris dari Kerajaan Kutai Kartanegara. Lembuswana atau dikenal juga dengan nama Paksi Liman Jonggo Yokso berwujud binatang lembu atau sapi yang memiliki sayap seperti elang, bertaji seperti ayam, bertaring seperti singa, dan berbelalai seperti gajah. 

Lembuswana atau dikenal juga dengan nama Paksi Liman Jonggo Yokso berwujud binatang lembu atau sapi yang memiliki sayap seperti elang, bertaji seperti ayam, bertaring seperti singa, dan berbelalai seperti gajah. 

Makhluk mitologi ini juga bersisik seperti naga, serta bermahkota bagaikan seorang raja. Lembuswana muncul sebagai sosok berkilauan keemasan yang menjadi simbol penting dalam sejarah daerah tersebut. Di depan Museum Mulawarman, Tenggarong, patung ini berdiri dengan gagah, menggambarkan makhluk berbadan kuda yang memiliki sisik dan taring yang memukau.

Dalam cerita rakyat setempat, Lembuswana disebut sebagai penguasa Sungai Mahakam yang bersemayam di palung sungai. Patung yang menjadi ciri khas ini, sebenarnya adalah karya seniman Burma pada abad ke-19, tapi baru menghiasi pelataran kedaton Kutai Kartanegara sejak awal abad ke-20.

Legenda seputar Lembuswana juga sering dikaitkan dengan kisah kelahiran Putri Karang Melenuyang bersama makhluk mitologis ini muncul dari dasar Sungai Mahakam. Putri tersebut kemudian menikah dengan Raja Aji Batara Agung Dewa Sakti, melahirkan penerus dinasti raja-raja Kutai Kartanegara.

Dalam mitosnya, Lembuswana adalah penjaga Sungai Mahakam dengan tubuh besar dan kuat seperti kerbau, tetapi memiliki kepala kuda dan tanduk panjang layaknya badak. Makhluk ini juga dilengkapi dengan sayap besar yang memungkinkannya terbang di atas Sungai Mahakam. 

Dalam mitosnya, Lembuswana adalah penjaga Sungai Mahakam dengan tubuh besar dan kuat seperti kerbau, tetapi memiliki kepala kuda dan tanduk panjang layaknya badak.

Menurut legenda, Lembuswana bertugas menjaga sungai dari bahaya serta memastikan kebersihannya. Diceritakan pula bahwa ia membantu nelayan dalam menangkap ikan dengan memberikan petunjuk tentang tempat-tempat terbaik untuk menemukan hasil tangkapan.

Meskipun statusnya hanya dalam cerita rakyat, keberadaan Lembuswana tetap menjadi bagian penting dalam budaya Kalimantan Timur. Keyakinan bahwa Lembuswana benar-benar ada dan menjaga Sungai Mahakam masih terus dipersempit di antara masyarakat.

Bagi warga Kutai, Lembuswana diyakini sebagai tunggangan Mulawarman, seorang raja Kutai sekitar 1.500 tahun lalu. Mirip dengan pandangan penganut Siwa di Nusantara, lembu dianggap sebagai kendaraan Dewa Siwa, mencerminkan keperkasaan dan kedaulatan seorang penguasa.

Bagi warga Kutai, Lembuswana diyakini sebagai tunggangan Mulawarman, seorang raja Kutai sekitar 1.500 tahun lalu.

Patung Lembuswana, selain di Museum Mulawarman, juga berdiri megah di Pulau Kumala, sebuah tempat rekreasi di tengah Sungai Mahakam. Meskipun telah melalui berbagai zaman, dari kerajaan Hindu tertua hingga kesultanan Kutai Kartanegara, makna dan simbolisme Lembuswana tetap menggambarkan pemimpin yang mulia yang seharusnya melindungi dan mengayomi rakyatnya.

Informasi Selengkapnya
  • Indonesia Kaya

  • Indonesia Kaya

  • national geographic, intisari, akurat kaltim, stekom, GNFI, IDN Times

This will close in 10 seconds