Kapal motor yang kami tumpangi melaju kencang di tengah lautan yang tenang. Selasar pulau karang di kanan kiri kami seakan menyambut kedatangan kami di wilayah Teluk Kabui. Burung-burung laut berkicau merdu, mengiringi deburan ombak yang tercipta oleh laju kapal. Siang yang cerah menemani penjelajahan kami di perairan Raja Ampat. Hampir semua anggota tim bersantai menikmati keindahan alam dari atas kapal. Tiba-tiba, kapal melambat dan Pak John, sang nakhoda, bersiap bersandar pada dinding karang yang lebar. “Hei, lihat itu!” seru Pak John. “Di atas sana, coba pakai lensa kameranya… ada gambar telapak tangan… itu.” Ia menunjuk ke sebuah objek luar biasa yang dimiliki Raja Ampat. Seketika itu juga, kami menyadari bahwa yang ada di hadapan kami adalah dinding karang raksasa dengan banyak lukisan prasejarah.
Wilayah Raja Ampat merupakan bagian dari daratan kuno yang sangat luas
Wilayah Raja Ampat merupakan bagian dari daratan kuno yang sangat luas. Sekitar 10.000 hingga 20.000 tahun yang lalu, Pulau Papua masih menyatu dengan daratan yang kini kita kenal sebagai benua Australia. Daratan luas ini dikenal sebagai Paparan Sahul, yang merupakan bagian dari lempeng Indo-Australia. Akibat penyatuan wilayah ini, fauna di Papua dan Australia memiliki kemiripan yang mencolok. Selain itu, penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa penduduk asli Papua dan suku Aborigin di Australia memiliki kesamaan genetik, berasal dari nenek moyang yang sama yaitu ras Austromelanesoid dengan subras Negroid. Berbagai kesamaan ini menguatkan hipotesis para ilmuwan bahwa Papua dan Australia pernah menjadi satu daratan yang sangat luas.
Leluhur ras Austromelanesoid-lah yang menciptakan lukisan-lukisan di dinding karang tersebut. Mereka adalah nenek moyang penduduk asli Papua yang kita kenal sekarang. Berdasarkan data yang kami miliki, lukisan-lukisan ini diperkirakan berasal dari zaman Mesolitikum awal, ketika Bumi masih dalam tahap pembentukan dan sering mengalami pergeseran. Motif lukisan ini umumnya berupa hewan seperti katak, ikan, atau burung. Selain itu, terdapat juga cetakan telapak tangan dengan empat atau lima jari. Lukisan tangan ini umumnya dianggap sebagai simbol kekuasaan suatu kelompok terhadap suatu wilayah. Biasanya, lukisan-lukisan ini merepresentasikan kondisi lingkungan tempat mereka tinggal.
Lukisan-lukisan ini diperkirakan berasal dari zaman Mesolitikum awal, saat Bumi masih dalam tahap pembentukan dan sering mengalami pergeseran.
Lukisan-lukisan ini tidak hanya ditemukan di satu tempat, melainkan tersebar di beberapa titik di wilayah Teluk Kabui. Posisi lukisan-lukisan ini memang unik, berada di dinding tebing yang sebagian terendam air di perairan Raja Ampat. Akses menuju tebing karang ini sangat sulit, sehingga membuat kami penasaran bagaimana cara para seniman prasejarah dapat menjangkaunya dan menciptakan karya seni di sana. Pak John menjelaskan bahwa kondisi lingkungan pada puluhan ribu tahun lalu sangat berbeda dengan sekarang. Kemungkinan besar, pada masa prasejarah, dinding tebing tersebut tidak terendam air dan masih menyatu dengan daratan.
Selain menikmati lukisan-lukisan tersebut, kami juga mengunjungi sebuah gua yang terletak di atas tebing tidak jauh dari sana. Gua ini merupakan makam bagi beberapa leluhur masyarakat Raja Ampat. Uniknya, jenazah mereka tidak dikuburkan di dalam tanah, melainkan diletakkan begitu saja di atas permukaan tanah. Kini, yang tersisa hanyalah tulang-belulang mereka. Suasana di tempat ini cukup sunyi dan sedikit mencekam, namun keindahan pemandangan Teluk Kabui berhasil menetralisir suasana tersebut.
Raja Ampat menjadi bukti kuat tentang migrasi nenek moyang penduduk Raja Ampat dari wilayah barat Nusantara menuju Papua dan Melanesia.
Pak John, sang nakhoda kapal, telah menjelaskan secara mendalam mengenai kehidupan prasejarah di Raja Ampat. Penjelasannya yang menarik membuat kami terpukau, apalagi setelah kami melihat langsung lukisan-lukisan cadas, makam kuno, dan artefak purba lainnya. Kehidupan prasejarah di Raja Ampat sungguh mengesankan dan unik. Temuan-temuan ini tidak hanya memperkaya khazanah wisata Raja Ampat yang terkenal dengan keindahan bawah lautnya, tetapi juga menjadi bukti kuat tentang migrasi nenek moyang penduduk Raja Ampat dari wilayah barat Nusantara menuju Papua dan Melanesia.