Jakarta Concert Orchestra Mempersembahkan Konser Klasik “Love, God, And My Home”
“Jakarta Concert Orchestra (JCO) merupakan salah satu orkestra yang konsisten melakukan konser rutin sejak awal. Di bawah pimpinan Avip Priatna, JCO juga menjadi satu-satunya orkestra di Indonesia yang berhasil membawakan repertoar lintas zaman dan lintas gaya dengan hasil yang gemilang.
- 6 Oktober, 2019 @ 12:00 am - 6 Oktober, 2019 @ 12:00 am
- Instagram Live Indonesia Kaya
- Gratis
Reservasi Tiket
Cinta, Tuhan, dan Rumah atau Tanah Air merupakan tiga unsur kehidupan yang sangat melekat di benak kita. Keterikatan manusia dengan ketiga unsur tersebut kemudian diangkat menjadi tema konser klasik yang akan dipersembahkan oleh Jakarta Concert Orchestra (JCO), dengan konduktor Avip Priatna dan didukung oleh Galeri Indonesia Kaya. Persembahan karya dua komponis ternama dari zaman romantik yaitu, Henryk Wieniawski (Polandia) dan Antonin Dvo?ák (Cekoslovakia) yang diselenggarakan pada Minggu, 6 Oktober 2019 di Usmar Ismail Hall, Jakarta pukul 16.00 WIB.
Karya-karya terbaik dalam karier kedua komponis ini dibawakan oleh JCO. Diawali dengan penampilan sebuah Overture “My Home Overture” opus 62/B 125a karya Dvo?ák; dilanjutkan dengan penampilan solo biola oleh Giovani Biga dalam “Violin Concerto no: 2” dalam D minor, op.22 karya Wieniawski, dan diakhiri dengan karya Dvo?ák “Symphony no: 7” dalam D minor, op. 70 B.141.
“Jakarta Concert Orchestra (JCO) merupakan salah satu orkestra yang konsisten melakukan konser rutin sejak awal. Di bawah pimpinan Avip Priatna, JCO juga menjadi satu-satunya orkestra di Indonesia yang berhasil membawakan repertoar lintas zaman dan lintas gaya dengan hasil yang gemilang. Selain membawakan karya musik orkestra standar seperti overture, simfoni, konserto, simfoni puitis, dan simfoni vokal, JCO juga beberapa kali mementaskan opera secara lengkap. Di bawah arahan direktur musik dan pengaba Avip Priatna, JCO menjadi orkestra senior yang mumpuni dan disegani pecinta musik klasik di Indonesia” ujar Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.
Antonín Leopold Dvo?ák lahir di Cekoslovakia tahun 1841 dan wafat tahun 1904. Ia sering memasukkan ritme dan aspek2 dari musik rakyat Moravia dan Bohemia ke dalam karyanya. Overture “My Home” adalah karya Dvo?ák yang diciptakannya untuk sebuah pagelaran teater patriotik dalam rangka memperingati seorang penulis dan aktor drama Cekoslovakia ternama Josef Kajetán Tyl tahun 1882.
Komposisi ini diangkat dari sebuah sajak karya Josef Tyl yang digubah menjadi lagu oleh František Škroup tahun 1834 berjudul ”Kdo domov m?j” atau Where is My Home. Lagu ini telah menjadi lagu kebangsaan informal nasional Czech. Dvo?ák memasukkan melodi lagu ini ke dalam overture nya, dan menampilkannya kembali pada bagian coda di akhir lagu. “Kdo domov m?j” menjadi lagu kebangsaan Czechoslovakia sejak tahun 1918, dan saat ini tetap menjadi lagu kebangsaan Republik Czech.
Henryk Wieniawski lahir di Lublin, Congress Polandia tahun 1835 dan wafat tahun 1880. Bakatnya dalam bermain biola sudah terlihat sejak kecil. Pada usia 9 tahun ia diterima di Paris Conservatoire. Setelah lulus, ia melakukan tour dan membuat banyak resital, dimana ia sering diiringi oleh kakaknya Józef pada piano.
Violin Concerto no : 2 dalam D minor Op. 22 ini telah mulai diciptakannya di tahun 1856, tetapi penampilan perdananya baru dilakukan tanggal 27 November 1862 ketika ia memainkannya di St.Petersburg dengan konduktor Anton Rubinstein.
Karya Wieniawski ini merupakan salah satu konserto biola yang paling populer di zaman romantik dan dianggap sebagai karyanya yang terbaik, sangat berkesan karena melodi dan harmoninya yang mengalir dan menarik.
Symphony No 7 dalam D minor Op.70, B.141 diselesaikan oleh Dvorak tanggal 17 Maret 1885 dan ditampilkan pertama kali tanggal 22 Aprill 1885 di St. James Hall , London. Komposisi yang terdiri dari empat bagian ini bersama dengan Simfoni No. 8 dan No. 9 , dianggap sebagai cerminan masa keemasan Dvorak. John Clapham, seorang pengamat spesialis karya Dvorak mengatakan bahwa Simfoni No. 7 adalah simfoninya yang terbesar.
Dalam membuat karya ini, yang ada dalam pikiran Dvo?ák adalah Cinta, Tuhan dan Tanah Air atau rumahnya. Bagian-bagian dalam simfoni ini dimulai dengan ketenangan dan kedamaian, tetapi juga terdapat pergolakan dan ketidakpastian di dalamnya.
Dalam konser ini, Giovani Biga, pebiola muda berbakat Indonesia yang telah memenangkan beberapa kompetisi nasional dan internasional, antara lain di Stockholm International Violin Competition di Swedia juga di the Arnuero XXIV International Music Competition di Spanyol dan Auryn Kammermusik Wettbewerb 2016 di Jerman, akan memainkan bagian solo dari Violin Concerto no : 2 dalam D minor Op. 22 karya Wieniawski ini.
Lulus S1 dari Hochschule für Musik Detmold (Jerman) dengan Magna Cum Laude, di bawah bimbingan Prof. Ulrike Anima Mathé , juga mendapat beasiswa dari Gesellschaft der Freunde und Förderer der Hochschule für Musik Detmold (GFF) dan DAAD Preis. Saat ini, Biga sedang melanjutkan pelajaran musiknya di salah satu sekolah musik yang paling prestisius di dunia, Hochschule für Musik “Hanns Eisler” Berlin dengan bimbingan Prof. Ulf Wallin.
Selain tampil sebagai solis, ia juga mempunyai minat yang besar sebagai pemusik dalam orkestra dan musik kamar. Biga juga aktif bermain bersama orkes di luar negeri seperti Hochschulorchester Detmold, Hamburger Camerata, Minden Kammerphilharmonie dan Detmolder Kammerorchester. Tahun 2013 ia terpilih sebagai wakil dari Indonesia dalam Asian Youth Orchestra yang bermain di berbagai hall konser di Asia. Biga telah sering bermain diiringi banyak orkestra di Indonesia, seperti Jakarta Concert Orchestra, Nusantara Symphony Orchestra, Jakarta Sinfonietta, dan lain-lain.
“Konser Love, God, and My Home ini bertujuan untuk memperkenalkan musik klasik kepada masyarakat. Banyak masyarakat yang beranggapan bahwa musik klasik hanya ditujukan bagi kalangan tertentu, melalui konser ini, kami bersama Giovani Biga yang telah mengukir banyak prestasi baik di dalam maupun diluar negeri, ingin menghilangkan anggapan tersebut sehingga kedepannya semakin banyak masyarakat terutama generasi muda yang tertarik untuk mendengarkan maupun mempelajari musik-musik klasik," ujar Avip Priatna, Direktur Musik The Resonanz Music Studio.
Semoga kegiatan ini mampu memberikan inspirasi kepada masyarakat terutama generasi muda untuk terus berkarya serta meningkatkan rasa cinta dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. Mencintai budaya adalah wujud rasa bangga dan cinta kita terhadap Indonesia, karena yang menyatukan bangsa adalah budaya. Cinta Budaya, Cinta Indonesia.