The Resonanz Music Studio (TRMS) di bawah pimpinan Avip Priatna kembali menunjukkan konsisten untuk mengisi dan memajukan musik klasik orkestra di Indonesia melalui beragam pertunjukan berkualitas yang selalu dinantikan para pecinta musik klasik. Bersama Jakarta Concert Orchestra (JCO) yang didirikan Avip Priatna dan Toeti Heraty Roosseno, TRMS juga rutin menggelar konser tahunan Simfoni Untuk Bangsa dan konser dengan repertoar karya klasik standar serta banyak konser dalam skala besar, seperti Opera Carmen, Hymn of Praise, dan sebagainya.
Untuk memperingati 15 tahun berdiri, JCO menggelar konser bertajuk ROMEO & JULIET pada 29 Juli 2017 di Aula Simfonia, Jakarta. Pertunjukan yang didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation ini menampilkan beberapa karya yang digubah oleh beberapa komposer dari berbagai negara berdasarkan inspirasi dari kisah drama terkenal karya William Shakespeare.
"The Resonanz Music Studio yang dipimpin oleh Avip Priatna merupakan musisi yang produktif dalam berkarya dan berprestasi di luar negeri. Kompetisi-kompetisi internasional yang mereka ikuti selalu berhasil membanggakan dan mengharumkan nama Indonesia. Tidak hanya paduan suara, Avip Priatna juga mendirikan Jakarta Concert Orchestra (JCO) yang bertujuan untuk memajukan musik klasik orkestra di Indonesia. Konser perayaan ulang tahun JCO yang ke-15 yang mengangkat gubahan komposer dari berbagai negara berdasarkan inspirasi kisah drama Romeo & Juliet ini menunjukkan bahwa kita memiliki potensi yang tidak kalah dengan negara lain, khususnya untuk bidang paduan suara dan musik," ujar Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.
Penampilan yang dipimpin oleh konduktor Avip Priatna ini menampilkan violinis Finna Kurniawati yang telah berkiprah sebagai solis maupun concert master di beberapa penampilan JCO sebelumnya. Selain itu, konser ini juga dilengkapi suara mezzo soprano Yasashi I Evelyn Pangaribuan yang merupakan pemenang pertama Catharina Leimena National Singing Competition 2016 dan telah menyelesaikan pendidikan vokal klasiknya di Royal College of Music, London tahun lalu.
Konser dibuka dengan Orchestral Prelude to Shakespeare’s Romeo and Juliet karya composer Jerman-Swiss Joachim Raff. Karya berikutnya menampilkan Butterfly Lovers’ Violin Concerto (Finna Kurniawati, solis violin) karya kolaborasi dua komposer Tiongkok, He Zhanhao & Chen Kang. Karya tersebut dapat dikatakan sebagai kisah cinta Romeo & Juliet dari Timur.
Inspirasi dari kisah cinta tersebut kadangkala diberikan twist plot, seperti pada persembahan berikutnya, yaitu balet Romeo & Juliet karya Sergei Prokofiev yang sempat menuai kontroversi karena Prokofiev memberikan akhir kisah cinta yang bahagia, bukan tragis seperti yang diilustrasikan oleh Shakespeare. Nomor berikutnya menampilkan cuplikan opera Roméo et Juliette (Babak 3) gubahan komposer Prancis Charles Gounod, yaitu aria Que fais-tu, blanche tourterelle? (Kau sedang apa, wahai tekukur putih?) dengan solis bersuara mezzo soprano Yasashi I Pangaribuan.
"Konser ditutup dengan Overture-Fantasy (Romeo & Juliet) karya Pyotr Tchaikovsky. Meskipun overture berarti
musik pembuka, penempatannya di akhir konser merupakan pesan bahwa cinta adalah abadi dan dirayakan secara universal," ujar Avip Priatna, Direktur Musik The Resonanz Music Studio.
Semoga kegiatan ini mampu memberikan inspirasi kepada masyarakat terutama generasi muda untuk terus berkarya serta meningkatkan rasa cinta dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. Mencintai budaya adalah wujud rasa bangga dan cinta kita terhadap Indonesia, karena yang menyatukan bangsa adalah budaya. Cinta Budaya, Cinta Indonesia.