Setan Jawa, Film Bisu Hitam Putih Karya Garin Nugroho Turut Memeriahkan Festival ART|JOG|10 - Indonesia Kaya

Cari dengan kata kunci

Setan Jawa, Film Bisu Hitam Putih Karya Garin Nugroho Turut Memeriahkan Festival ART|JOG|10

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

Setan Jawa, Film Bisu Hitam Putih Karya Garin Nugroho Turut Memeriahkan Festival ART|JOG|10

Sineas kenamaan Indonesia, Garin Nugroho, didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation mempersembahkan Setan Jawa, sebuah film bisu hitam putih yang kental akan mitologi Jawa. Film yang diiringi langsung dengan orkestra gamelan Indonesia karya Rahayu Supanggah yang dimainkan oleh 20 pengrawit

Agenda Budaya

Sineas kenamaan Indonesia, Garin Nugroho, didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation mempersembahkan Setan Jawa, sebuah film bisu hitam putih yang kental akan mitologi Jawa. Film yang diiringi langsung dengan orkestra gamelan Indonesia karya Rahayu Supanggah yang dimainkan oleh 20 pengrawit (pemusik gamelan) ditampilkan di Auditorium Sanata Dharma, Yogyakarta pada tanggal 21 Mei 2017, pukul 20.00 WIB.

Setan Jawa karya Garin Nugroho ini membangkitkan mitologi Jawa melalui genre horor kontemporer dengan mengambil inspirasi dari film bisu klasik, Nosferatu oleh Friedrich Wilhelm Murnau. Setan Jawa secara dramatis menekankan mistisme dan romantisme dari kisah cinta dan pengorbanan yang diangkat oleh Garin Nugroho.

“Pertunjukan ini merupakan sebuah karya yang menggabungkan beragam seni seperti visual arts, teater, tari, fashion hingga musik yang saling melengkapi. Menariknya dari tradisi film bisu, Setan Jawa dapat menjadi suatu karya seni yang kemudian dapat lebih dieksplorasi dari  musik yang mengiringinya sehingga menjadi sebuah pertunjukan yang dapat diintrepretasi. Jadi memang perlu menggabungkan banyak interaksi, multidisiplin, dan kemudian bisa mengembangkan jenis pasar yang berbeda dan bisa  bekerja dalam bentuk yang lain sehingga memiliki efek yang besar dan bisa berkesan bagi penonton dalam waktu yang lama,” ujar Garin Nugroho, Sutradara dan Produser Setan Jawa

Pemutaran film Setan Jawa di Jogja merupakan bagian pertunjukan spesial yang digelar oleh ART|JOG. Sebelumnya, Setan Jawa yang juga didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation telah sukses dipentaskan di Jakarta pada September 2016, Melbourne dalam world premier di Opening Nights of Asia Pacific Triennial of Performing Arts bulan Februari yang lalu.  Tahun 2017 ini, Setan Jawa juga akan dipentaskan di Amsterdam, Belanda (Juni); Singapura (Juli), dan London, Inggris (September).

Setan Jawa bercerita tentang cinta dan tragedi kemanusiaan dengan latar waktu awal abad ke-20 yang ditandai lahirnya era industri yang menyisakan kemiskinan di tanah Jawa. Seiring dengan meluasnya kemiskinan, maka bertumbuh subur cara-cara mistik untuk meraih kekayaan, termasuk Pesugihan Kandang Bubrah. Pesugihan ini adalah cara mistik untuk mendapat kekayaan dari iblis, namun harus membayar dengan berubah menjadi tiang penyangga rumah saat ajalnya tiba.

Adalah Setio (diperankan Heru Purwanto), seorang pemuda dari desa miskin jatuh cinta dengan Asih (diperankan Asmara Abigail), seorang putri bangsawan Jawa. Lamaran yang ditolak membuat Setio mencari keberuntungan melalui kesepakatan dengan iblis (diperankan Luluk Ari) yang dikenal sebagai ‘Pesugihan Kandang Bubrah’ untuk mencari kekayaan dan nantinya dapat melamar Asih. Setio akhirnya menjadi kaya dan kawin dengan Asih, mereka hidup bahagia dalam rumah Jawa yang megah. Asih kemudian mengetahui bahwa suaminya menjalani laku pesugihan kandang bubrah akhirnya menemui setan pesugihan dan meminta pengampunan pada setan agar suaminya tidak menjadi tiang penyangga rumah pada saat kematiannya.

“Setan Jawa merupakan kerjasama Garin Nugroho dengan Bakti Budaya Djarum Foundation yang menghabiskan sekitar 2 tahun untuk proses produksinya. Orkestra gamelan yang diciptakan oleh Rahayu Supanggah sebagai pengiring film bisu ini mampu membawa sentuhan tradisional dan menghasilkan pertunjukan modern yang memiliki jiwa dan nilai-nilai estetika yang bersumber dari kekayaan budaya Indonesia. Kesuksesan Setan Jawa dalam pementasan di Jakarta, Melbourne dan sekarang di Jogja merupakan kontribusi banyak pihak yang memberikan hati dan tenaga demi perkembangan dan kemajuan seni pertunjukan Indonesia,” ujar Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.

Semoga kegiatan ini mampu memberikan inspirasi kepada masyarakat terutama generasi muda untuk terus berkarya serta meningkatkan rasa cinta dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. Mencintai budaya adalah wujud rasa bangga dan cinta kita terhadap Indonesia, karena yang menyatukan bangsa adalah budaya. Cinta Budaya, Cinta Indonesia.

Tagar: