Sambutan Gunawan Mohamad pada pembukaan SIPFest 2016
Prisms mengajak penonton ke dalam permainan persepsi tentang kehadiran tubuh dan pancaran cahaya
Prisms karya Montréal Danse dari Kanada
Praeambulum oleh Ingun Bjørnsgaard Prosjekt
Pada 2016 Total Perkusi meluncurkan album Drums Speak, yang diperkuat oleh sejumlah drummer muda asal Yogyakarta
Mega Mendung merupakan kenangan masa kecil Fitri Setyaningsih tentang dongeng bahwa mega (awan) kelak akan membawanya ke langit
Lokakarya Speak Percussion, kelompok musik perkusi yang eksperimental
Sambutan Triawan Munaf dari Bekraf pada pembukaan SIPFest 2016
Speak Percussion menampilkan musik dari benda-benda yang selama ini tidak dikenal sebagai instrumen musik
Speak Percussion mengajarkan bahwa setiap benda dalam kehidupan kita berpotensi menjadi instrumen musik
Tanpa meninggalkan ciri khas koreografi, Ingun Bjørnsgaard ingin menghapus perbedaan gender
The Girl who Fell in Love with the Moon adalah perihal obsesi manusia kepada langit
The Girl who Fell in Love with the Moon karya The Human Zoo Theatre Company
The Rite of Spring adalah tafsir baru atas mahakarya Igor Stravinsky yang berfokus pada pengorbanan perempuan dalam keluarga dan masyarakat
The Rite of Spring karya She She Pop dari Jerman
Total Perkusi mengolah musik perkusi yang terinspirasi oleh khazanah tradisi dan kehidupan sehari-hari
Yo-he-hos Site karya Kalanari Theatre Movement
Lokakarya She She Pop bagaimana menggarap teater yang menarik penonton
Lokakarya Iwan Gunawan, Pendiri dan Penata Musik Ensemble Kyai Fatahillah
Lokakarya Ingun Bjørnsgaard, seniman yang menerima dua kali Penghargaan Asosiasi Kritikus Norwegia
Butterfly Dream adalah teater tanpa kata-kata yang menampilkan pencarian makna hidup melalui pertemuan dua manusia
Balabala adalah karya Eko Supriyanto yang menampilkan lima penari muda asal Jailolo, Maluku Utara
Balabala menampilkan gerakan berirama yang mendekonstruksi bentuk dan irama tarian Soya-soya dan Cakalele
Butterfly Dream pertunjukan Arica Theater Company yang disutradari oleh Yasuki Fujita
Dalam berkarya, Suwardi menyelaraskan musik gamelan dengan musik modern dalam bentuknya yang kontemporer
Ensemble Kyai Fatahillah menyerap kuat pengaruh musik Barat, baik dalam struktur maupun penggarapan, di samping mengola
Fitri Setyaningsih menampilkan koreografi berjudul Mega Mendung
Hypercolor (Eyal Maoz, James Ilgenfritz, Lukas Ligeti) membawakan repertoar dari album Hypercolor Tzadik
Hypercolor adalah trio garda depan yang berdomisili di New York
Instrumen baru yang diciptakan oleh Al. Suwardi berjudul Berkelana dalam Planet Harmonik
Lokakarya dari The Human Zoo Theatre Company
Lokakarya Chong Kee Yong
Lokakarya Al. Suwardi & Grup Planet Harmonik
Legend of the Crazy Monkey King disutradari oleh Chong Kee Yong
Keunikan musikalitas Chong Kee Yong terletak pada eksperimentasi atas musik tradisi, terutama musik tradisi Cina
Kalanari memanfaatkan mitos-mitos tentang sejarah bahasa manusia melalui gerak dan suara
Iwan Gunawan dikenal piawai dalam memasukkan unsur bunyi yang bebas dan mengejutkan
Salihara International Performing-arts Festival (SIPFest) 2016 hadir sepanjang 01 Oktober-06 November 2016. Sebelumnya, SIPFest adalah Festival Salihara yang sudah berlangsung lima kali sejak 2008. SIPFest adalah hasil rebranding Festival Salihara. Branding baru ini adalah komitmen Komunitas Salihara untuk menyelenggarakan festival seni pertunjukan yang tidak hanya berkualitas dan edukatif, tetapi juga memberikan kesan "sip".
SIPFest menghadirkan 14 penampil yang terdiri atas pentas tari, musik dan teater karya seniman Indonesia, Jerman, Norwegia, Kanada, Austria, Inggris, Amerika Serikat, Australia, Jepang dan Malaysia. Sebagian besar karya didapuk sebagai world premiere dan Asia premiere. Tidak hanya pertunjukan, SIPFest juga menyelenggarakan sejumlah lokakarya sebagai bentuk interaksi antara penampil dan pemirsa.
Selain menikmati aneka seni pertunjukan selama sebulan penuh, di area ruang-ruang terbuka disajikan pula karya-karya seni rupa site-specific karya empat perupa. Ada instalasi raksasa Gurita Salihara karya Nus Salomo di Anjung Salihara. Ada instalasi Sanctuary 2016 karya Made Gede Wiguna Valasara yang berupa sekelompok burung terbang. Sementara Purjito menampilkan patung berjudul Gus Dur: Tuhan Tidak Perlu Dibela berupa sosok Abdurrahman Wahid, mantan Presiden RI dan pemikir Islam yang amat menghargai keberagaman dan kebebasan individu. Indyra menampilkan gambar mural trimatra berjudul Be A Daydreamer & A Night Thinker yang menyiratkan posisi Komunitas Salihara sebagai tempat merawat gagasan dan pemikiran.
SIPFest 2016 terselenggara berkat dukungan dari Goethe-Institut, Japan Foundation-Asia Center, Kedutaan Besar Amerika Serikat, Kedutaan Besar Austria dan Kedutaan Besar Denmark. SIPFest 2016 juga didukung oleh Bekraf selaku mitra penyelenggara dan disponsori oleh Jawa Pos, Sinar Mas, Pembangunan Jaya, Kemendikbud, Bakti Budaya Djarum Foundation, Bank Mandiri dan Bank BCA.