Produksi ke-153 Teater Koma Gemintang, Sebuah Kisah Cinta di Negeri Tanpa Cinta - Indonesia Kaya

Cari dengan kata kunci

Produksi ke-153 Teater Koma Gemintang, Sebuah Kisah Cinta di Negeri Tanpa Cinta

produksi-ke-153-teater-koma-gemintang-sebuah-kisah-cinta-di-negeri-tanpa-cinta.jpg

Produksi ke-153 Teater Koma Gemintang, Sebuah Kisah Cinta di Negeri Tanpa Cinta

Teater Koma yang didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation kembali menggelar pementasan terbarunya bertajuk Gemintang.

Agenda Budaya

Teater Koma yang didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation kembali menggelar pementasan terbarunya bertajuk Gemintang. Lakon ini merupakan produksi ke-153 Teater Koma dan juga sebagai pentas besar pertama Teater Koma di tahun 2018. Gemintang dipentaskan di Graha Bhakti Budaya, Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki mulai dari tanggal 29 Juni hingga 8 Juli 2018.

“Selaras dengan namanya, Teater Koma rasanya tak pernah lelah untuk terus berkarya dan menyajikan pementasan yang berkualitas. Karyanya pun kerap kali mengangkat isu-isu sosial yang terjadi di lingkungan sekitar. Dalam panggung teater terbarunya, Gemintang, Teater Koma ingin menyampaikan betapa pentingnya ilmu pengetahuan dan pendidikan demi kemajuan sebuah bangsa. Tentunya kami berharap agar pesan moral dalam lakon ini dapat tersampaikan dengan baik kepada para penonton dan dapat menjadi sajian yang menghibur serta mengedukasi,” ujar Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.

Selain mendukung pertunjukan, Bakti Budaya Djarum Foundation juga berpartisipasi dalam program apresiasi seni pertunjukan Teater Koma, yaitu sebuah program yang bertujuan untuk mengajak 150 pekerja seni teater, guru, dan mahasiswa di Jakarta untuk menonton pertunjukan Teater Koma. Program ini diharapkan memberikan ruang apresiasi bagi masyarakat terutama yang belum pernah nonton teater karya Teater Koma sebelumnya, sehingga mereka menemukan referensi mengenai sajian artistik serta konsep dramaturgi yang detil dari karya Teater Koma.

Gemintang mengisahkan tentang Arjuna, seorang astronom yang mengharap cinta Sumbadra. Kepada Sumbadra, Arjuna sungguh mendamba. Ini bukan cinta orang biasa. Nama asli Sumbadra adalah Ssumphphwttsspahzaliapahssttphph. Dia berasal dari planet Ssumvitphphpah, yang berjarak 12 milyar tahun bumi. Walaupun begitu, Arjuna mantap membawa Sumbadra untuk menemui keluarganya.

Wibowo, ayah Arjuna, adalah seorang tokoh partai yang menjadi anggota Dewan Rakyat. Dia juga seorang koruptor. Kini, dia tahu, bahwa jejaknya sudah terlacak dan pihak yang berwenang mulai bersiap menggerebeknya. Di saat itulah, Arjuna datang memperkenalkan Sumbadra kepada Wibowo sekeluarga.

“Lakon Gemintang terjadi di sebuah negeri di mana manusia sudah melupakan ilmu pengetahuan dan mengabaikan pendidikan, lalu hanya bisa melakukan tindakan korupsi. Ketika kekuasaan dan kekayaan menjadi tujuan akhir, banyak orang yang rela melakukan segala cara untuk meraihnya. Apa yang terjadi ketika generasi muda mencoba memberontak, melepaskan diri dari jerat kebobrokan generasi sebelumnya. Inilah kisah manusia yang mencari cinta di negeri tanpa cinta,” terang Nano Riantiarno, penulis naskah dan sutradara Gemintang.

Pementasan Gemintang dimeriahkan dengan penampilan Budi Ros, Ratna Riantiarno, Idris Pulungan, Salim Bungsu, Rita Matu Mona, Daisy Lantang, Dana Hassan, Suntea Sisca, Andhini Puteri, Ina Kaka, Bayu Dharmawan, Dodi Gustaman, Sir Ilham Jambak, Julung Zulfi, Sekar Dewantari, Bunga Karuni, Febri Siregar, Joind Bayuwinanda, Tuti Hartati dan Rangga Riantiarno. Pentas ini juga melibatkan rekrutan baru yang sebelumnya mengikuti program PATEKO (Pembekalan Anggota Teater Koma) di awal tahun 2018.

Tata busana Rima Ananda bersama tata rias dan rambut garapan Sena Sukarya dibantu konsultan tata rias dan rambut Subarkah Hadisarjana dengan dukungan PAC Martha Tilaar akan berpadu dengan tata artistik Idries Pulungan dan tata cahaya panggung besutan Deray Setyadi, di mana tata gerak Ratna Ully serta arahan instruktur vokal Naomi Lumban Gaol akan diiringi oleh musik komposisi dan aransemen karya Fero Aldiansya Stefanus. Lakon ini juga mendapat sentuhan tata grafis Saut Irianto Manik. Semua didukung oleh Pimpinan Panggung Sari Madjid Prianggoro, Pengarah Teknik Tinton Prianggoro serta Pimpinan Produksi Ratna Riantiarno, di bawah arahan Co-Sutradara Ohan Adiputra dan Sutradara N. Riantiarno.

Semoga kegiatan ini mampu memberikan inspirasi kepada masyarakat terutama generasi muda untuk terus berkarya serta meningkatkan rasa cinta dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. Mencintai budaya adalah wujud rasa bangga dan cinta kita terhadap Indonesia, karena yang menyatukan bangsa adalah budaya. Cinta Budaya, Cinta Indonesia.

Tagar: