Pertunjukan “Sinom Barangtaning Rasa” - Indonesia Kaya

Cari dengan kata kunci

Pertunjukan “Sinom Barangtaning Rasa”

pertunjukan-sinom-barangtaning-rasa.jpg

Pertunjukan “Sinom Barangtaning Rasa”

Komunitas Shocking Radjah bersama Wildan Kurnia yang didukung juga oleh Bakti Budaya Djarum Foundation sukses mengadakan sebuah pergelaran teater dengan judul “Sinom Barangtaning Rasa : transformasi atas teks guguritan karya Haji Hasan Mustapa"

Agenda Budaya
Komunitas Shocking Radjah bersama Wildan Kurnia yang didukung juga oleh Bakti Budaya Djarum Foundation sukses mengadakan sebuah pergelaran teater dengan judul “Sinom Barangtaning Rasa : transformasi atas teks guguritan karya Haji Hasan Mustapa”. Kegiatan ini diadakan pada tanggal 25-26 September 2015, di Kampung Krajan RT/RW.12/05 Desa Wanayasa Kec. Wanayasa, Purwakarta.
 
Pergelaran yang merupakan peraih Hibah Seni Inovatif Yayasan Kelola tahun 2015 ini diangkat dari naskah Guguritan Haji Hasan Mustapa yang berjudul “Sinom Barangtaning Rasa”. Haji Hasan Mustapa merupakan seorang pujangga sekaligus ulama besar di Tatar Sunda pada zamannya. Oleh karena itu, karya-karyanya begitu kental akan nuansa dan makna islami dan ke-Illahi-an, termasuk untuk judul yang satu ini. Menurut para pengkritik sastra Karya Guguritan Haji Hasan Mustapa memiliki mutu yang tinggi baik dari segi bahasa maupun dari segi makna, ini dilatarbelakangi oleh pengalaman hidup dan pendidikan agamanya yang tinggi. Secara singkat Guguritan Sinom Barangtaning Rasa ini banyak berbicara mengenai tasawuf, proses kelahiran dan kematian manusia dan juga hubung anantara Gusti Allah dan hamba-Nya.
 
 
Guguritan sebagai teks menjadi pijakan awal bagaimana karya ini akan dipresentasikan, yakni puisi terikat yang tumbuh dalam tradisi sastra Sunda sebagai salah satu hasil pergaulan budaya antara masyarakat Sunda dan masyarakat Jawa. Adapun dangding yang dimaksud akan dijadikan pijakan dalam teks pertunjukan adalah Sinom Barangtaning Rasa karya Haji Hasan Mustapa. 
Dalam pemaknaanya Sinom Barangtaning Rasa bercerita tentang masalah Barangtaning rasa kaula jeung Gusti (rasa prihatin diri dan Gusti), dan dalam pemilihan pemanggungannya teks dipilih berpijak pada salah satu pemaknaan atas martabat tujuh sebagai tujuh fase kehidupan manusia dimana didalamnya terdapat penggambaran proses dialektis yang dialami manusia antara kecenderungan-kecenderungan jasmaniah dan rohaniah. 
 
Dengan semakin maraknya kegiatan Budaya tentunya semakin meningkatkan rasa cintakepada Indonesia. Mencintai budaya adalah wujud rasa bangga dan cinta kita terhadap Indonesia, karena yang menyatukan bangsa adalah budaya. Cinta Budaya, Cinta Indonesia.
Tagar: