Jaka Walidarma dibantu oleh Jaya Palwaga dan Nyi Nilastri melakukan tapa ngrame, berkelana sambil menolong sesama. Ketika sampai di wilayah kerajaan Bata Laksana, mereka membantu mengamankan kerajaan. Saat itu rakyat ketakutan akibat diganggu makhluk halus. Jaya Palwaga mampu menolong. Prabu Subrahman memberi hadiah rompi pusaka. Siapapun yang memakai rompi tersebut tidak akan kasat mata. Sebagai pembantu setia, Jaya Palwaga menyerahkan hadiah itu kepada Jaka Walidarma.
Jaka Walidarma dan kawan-kawan melanjutkan perjalanan dan sampailah di kerajaan Tirta Yuwana. Pada saat itu putri yang bernama Den Ajeng Rarasati sedang sedih karena boneka emas peninggalan alm. Ibunya tenggelam di laut pada saat keluarga kerajaan mengadakan wisata. Prabu Endra Basuki ayah Den Ajeng Rarasati membuat sayembara bahwa lelaki yang dapat menemukan boneka emas akan dijodohkan dengan putrinya. Bila perempuan akan diwisuda sebagai anak angkat.
Nyi Nilastri dibantu Ki Supyantara berhasil meminta boneka emas yang telah dikuasai Paus, sang raja ikan. Sebagai imbalannya ia harus mengirimkan makanan untuk ikan-ikan di laut sekali setahun. Ternyata boneka emas itu kemudian diserahkan kepada Jaka Walidarma. Jaka Walidarma berhak menikahi Den Ajeng Rarasati.
Ternyata prabu Endra Basuki termasuk orang yang gila jabatan. Ia malu memiliki besan orang desa. Ia minta Jaka Walidarma mencari orang tua angkat yang menjabat sebagai raja. Permintaan disanggupi karena ia sebenarnya telah diangkat sebagai anak angkat prabu Subrahma. Beberapa saat setelah ia menyanggupi persyaratan itu, datanglah Ki Supyantara menyusul Jaka Walidarma. Supaya pernikahan tidak batal, Jaka Walidarma terpaksa mengusir ayahnya. Nyi Nilastri marah melihat perlakuan Jaka Walidarma. Ketika Ki Supyantara meninggalkan Jaka Walidarma, Nyi Nilastri pun ikut meninggalkannya.
Di luar dugaan prabu Subrahma ingin menguasai kembali wilayah Tirta Yuwana yang dahulu merupakan bagian wilayah Bata Laksana. Karena ketidak tahuannya, Jaka Walidarma mau diutus untuk mengalahkan prabu Subrahma. Terjadilah peperangan. Jaka Walidarma kalah dan melarikan diri. Prabu Subrahma bahkan dapat menangkap prabu Endra Basuki. Boneka emas disita dan dimiliki prabu Subrahma. Artinya pernikahan Jaka Walidarma dan Den Ajeng Rarasati batal.
Jaka Walidarma pulang ke desanya. Ki Supyantara mengingatkan, bahwa keberhasilan seseorang sebenarnya kumpulan kebaikan dari orang lain yang mendukung. Ia hanyalah wakil dari kumpulan orang-orang baik itu. Ketika ia mensia-siakan orang yang berbuat baik, maka keberhasilanpun ikut sirna. Saat ini Jaka Walidarma tidak memiliki apa-apa lagi, tetapi punya utang pada paus, yaitu mengirim makanan setiap tahun.
Keberhasilan seseorang didunia ditentukan oleh kebaikannya pada sesama, dimana kebaikan itu juga diikuti oleh kebaikan-kebaikan yang dilakukan oleh orang-orang yang mendukungnya. Dan ketika sesorang mengabaikan kebaikan-kebaikan yang ada disekitarnya maka keberhasilannya akan sirna. Itu pun berlaku kepada semua penghuni alam semesta. Manusia harus bisa menebarkan kebaikan bagi semuanya!
Semoga kegiatan ini mampu memberikan inspirasi kepada masyarakat terutama generasi muda untuk terus berkarya serta meningkatkan rasa cinta dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. Mencintai budaya adalah wujud rasa bangga dan cinta kita terhadap Indonesia, karena yang menyatukan bangsa adalah budaya. Cinta Budaya, Cinta Indonesia.