Pertunjukan berjudul “Energi Bangun Pagi Bahagia” karya Andy SW, yang didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation digelar pada tanggal 29 April 2017, bertempat di Sanggar Teater Djarum Jl. A. Yani, No. 41, Kudus. Selain pertunjukan, diadakan juga acara apresiasi buku dan proses kreatif Andy Sri Wahyudi, dengan pembicara Saroni Asikin (Redaktur Suara Merdeka), Andy Sri Wahyudi, dan moderator Asa Jatmiko.
Pertunjukan ini adalah serangkaian acara kegiatan seni yang digelar di 15 kota di Jawa, Bali dan Lombok. Acara ini meliputi pementasan dan diskusi teater, peluncuran dan diskusi buku Puisi. Kali ini adalah kegiatan seni putaran ke empat yang diselenggarakan di kota Kudus, dengan judul “energi Bangun Pagi Bahagia” yang juga merupakan judul buku puisi.
Acara ini bertujuan supaya buku puisi tidak hanya berhenti menjadi buku saja, tetapi menjadi sebuah gerak bersama, serta menciptakan kreatifitas bersama, dan melahirkan peristiwa kesenian di tengah masyarakat luas. Semangat awal kegiatan ini adalah keinginan untuk berbagi cerita, pengalaman berkesenian, dan ketrampilan melalui karya seni teater dan puisi. Selain itu juga bertujuan untuk menjalin kerjasama dengan seniman atau pekerja seni antar kota. Agar terjadi kolaborasi, tukar gagasan tentang seni dan membuat sistem kerja kreatif bersama.
Karya teater dan puisi “energi Bagun Pagi Bahagia” bertemakan tentang sejarah dan biografi kehidupan personal, keluarga, kota, kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam pertunjukan ini dikisahkan tentang tiga remaja yang tumbuh di era pemerintahan yang mengajari mereka untuk mencintai tanah air dan bangga menjadi bangsa indonesia. Tapi sayang mereka tak tahu bagaimana cara mencintai dan bangga dengan negara Indonesia. Sebab hari-hari mereka hanya di jalanan lantaran mereka terbuang dari keluarganya. Mereka hanya tahu cara bertahan hidup. Hingga suatu ketika kata “Reformasi” dikumandangkan di seantero negeri. Merekapun terbawa arus reformasi. Bertiga turut merasakan dan melakoninya.
Pro dan Kontra-pun terjadi dalam pergaulan mereka. Sejatinya jauh di kedalaman hati, mereka tak mengerti dengan itu semua. Peristiwa reformasi seperti sebuah acara ulang tahun atau pesta kebun yang hanya menjadi kenangan berdebu dalam album foto. Setelah reformasi terjadi, orang – orang beranjak saling cakar, saling sikat dan menjilat demi sesuatu yang mempesona, yaitu kekuasaan. Akan tetapi hal buruk dan memalukan itu tak terjadi pada mereka bertiga. Sebab mereka paham benar sebagai rakyat biasa, hidup mereka dipenuhi ketidaksengajaan dan selalu bersiap untuk kehilangan. Maka mereka membangun dunia kecilnya. Mereka mendidik diri sendiri untuk bangun pagi bahagia dengan segala cinta dan cita-cita: menjadi warga negara yang penuh greget dan berdaya juang.
Semoga kegiatan ini mampu memberikan inspirasi kepada masyarakat terutama generasi muda untuk terus berkarya serta meningkatkan rasa cinta dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. Mencintai budaya adalah wujud rasa bangga dan cinta kita terhadap Indonesia, karena yang menyatukan bangsa adalah budaya. Cinta Budaya, Cinta Indonesia.