Kunokini, grup indo etnik eksperimental asal Jakarta menggelar konser dan workshop pada bulan Juli – Agustus 2017 bertempat di Galeri Indonesia Kaya dan IFI Thamrin, Jakarta, serta di Sanggar Maria, Depok.
KunoKini berhasil mengemas alat-alat tradisional Indonesia, menyatukan bunyi Seruling Bambu, Kerang Irian, Gendang Jawa, Kolintang, Rebana Biang, Saluang, hingga Krecekan menjadi pertunjukan yang menarik dan modern. Karya KunoKini menjadi jembatan antara musik tradisional dengan selera generasi masa kini. Sesuai dengan namanya “Kuno” berarti tradisional dan “Kini” mewakili zaman sekarang.
KunoKini dibentuk sejak 2003 silam, berkomitmen untuk menyebarkan virus budaya melalui musik. Mereka mempelajari cara memainkan alat-alat musik tradisional yang telah ditemukan. Melalui musiknya, KunoKini berusaha melestarikan kebudayaan Indonesia dengan cara mereka sendiri. Syair yang dibawakan tak lepas dari kehidupan pada umumnya yaitu, cinta, kekerasan, sosial dan lain-lain. Namun, semua coba digambarkan secara eksplisit sebagai bentuk protes terhadap realita yang ada melalui kacamata KunoKini.
KunoKini memiliki program #KembaliKeAkar untuk mendalami, mengeksplorasi, serta mengingat akar musik Tanah Air. Grup ini datang ke berbagai kota, mengadakan workshop bersama komunitas-komunitas yang ada di kota tersebut. Program konser dan workshop yang sudah berjalan selama tiga tahun tersebut dapat menjadi sebuah kampanye khusus untuk mengajak anak-anak muda untuk kembali ke akar musik dengan mengenalkan berbagai instrumen tradisional.
Semoga kegiatan ini mampu memberikan inspirasi kepada masyarakat terutama generasi muda untuk terus berkarya serta meningkatkan rasa cinta dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. Mencintai budaya adalah wujud rasa bangga dan cinta kita terhadap Indonesia, karena yang menyatukan bangsa adalah budaya. Cinta Budaya, Cinta Indonesia.