Pertunjukan berjudul “Yang Terhempas, Yang Terkikis” persembahan Komunitas KAHE Maumere yang didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation sukses dipentaskan di Taman Monumen Tsunami, Maumere, Flores, Nusa Tenggara Timur, pada Rabu, 29 Mei 2019, pukul 19.15 WITA.
Pertunjukan ini adalah salah satu hasil karya dari pergulatan Komunitas KAHE tentang tsunami Flores 1992. Pertunjukan ini menempatkan Kampung Wuring sebagai lokus dan fokus riset penciptaan karya. Kampung Wuring sendiri adalah kampung nelayan di wilayah kelurahan Wolomarang, Kabupaten Sikka, yang terbentuk oleh migrasi suku Bajo dan Bugis antara tahun 1902-1918. Pada tsunami Flores 1992, kampung Wuring menjadi salah satu tempat dengan kehancuran terparah.
Kampung Wuring digunakan sebagai idiom lokal untuk membicarakan perubahan-perubahan yang tengah terjadi di tubuh masyarakat kota Maumere. Mengadopsi struktur kampung Wuring sebagai dramaturgi pertunjukan, “Yang Terhempas, Yang Terkikis” mencoba merefleksikan arah gerak kebudayaan di Maumere yang ditandai dengan beragam pertemuan antara yang tradisional dan modern, yang lokal dan global.
Pertunjukan berkisah tentang Mamat Kasip, seorang juragan kapal ikan di Wuring, beristri lima, dan kisah hidupnya menjadi sorotan seluruh warga kampung. Ia meminta seorang wartawan, teman sejawatnya saat kuliah menulis kisah hidupnya sebelum ia meninggal. Pementasan ini adalah secuil cerita tentang hidup Mamat Kasip yang terus menjadi pergunjingan hingga akhir hayatnya.
Semoga kegiatan ini mampu memberikan inspirasi kepada masyarakat terutama generasi muda untuk terus berkarya serta meningkatkan rasa cinta dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. Mencintai budaya adalah wujud rasa bangga dan cinta kita terhadap Indonesia, karena yang menyatukan bangsa adalah budaya. Cinta Budaya, Cinta Indonesia.