Epos Ramayana adalah kisah yang luar biasa, di mana dalam cerita tersebut menempatkan manusia di alam semesta. Di dalam epos Ramayana secara hitam putih hubungan antara manusia dan semesta raya dibumbui dengan hadirnya makhluk raksasa dan makhluk kera. Makhluk raksasa menggambarkan kerakusan makhluk bumi untuk mengeksploitasi alam semesta dengan semena – mena. Sedangkan para kera atau wanara adalah makhluk yang selalu berusaha mencari kesempurnaan diri dengan menyatu pada alam semesta agar ia menjadi sempurna dan menjadi makhluk seperti manusia.
Sebenarnya semesta raya ini sudah memberikan banyak hal yang cukup melimpah bagi semua makhluk yang mendiaminya. Manusialah sebagai makhluk sentral yang bertugas mengendalikan semuanya. Apakah ia akan terjatuh karena keserakahannya, ataukah akan bersatu dengan para kera dan menciptakan kedamaian di alam semesta? Sebagai contoh, karena Subali yang awalnya adalah manusia dan berubah menjadi kera, ketika bertapa ia menumpahkan seluruh cintanya kepada alam semesta raya, dan semesta raya membalasnya dengan memberikan berkah berupa Aji Pancasona.
Opera Bakdan Ning Sala dengan lakon “Gua Kiskenda” merupakan adopsi dari cerita Ramayana yang melibatkan 100 seniman. Kegiatan yang juga didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation ini diselenggarakan pada tanggal 18 – 20 Juni 2018, di Benteng Vastenburg, Solo. Bakdan Ning Sala telah terselanggara sebanyak 3 kali dalam 3 tahun terakhir, dan momentumnya bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri.
Semoga kegiatan ini mampu memberikan inspirasi kepada masyarakat terutama generasi muda untuk terus berkarya serta meningkatkan rasa cinta dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. Mencintai budaya adalah wujud rasa bangga dan cinta kita terhadap Indonesia, karena yang menyatukan bangsa adalah budaya. Cinta Budaya, Cinta Indonesia.