Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mendukung penyelenggaraan Pergelaran kebudayaan dalam program Sardono’s Retrospective. Kegiatan telah sukses diselenggarakan pada tanggal 20 – 22 November 2015, di lokasi yang dahulu merupakan Pabrik Gula Colomadu, Solo, Jawa Tengah.
Penyelenggaraan pagelaran kebudayaan yang diinisiasi oleh Sardono W. Kusumo ini berangkat dari sebuah gagasan retrospeksi, yaitu sebuah perjalanan meninjau ke belakang selama masa Sardono W Kusumo berkarya. Sebenarnya gagasan retrospeksi telah diterapkan di banyak negara, ketika karya-karya seniman besar selalu diangkat kembali dan dipertunjukan kepada masyarakat. Hal ini menunjukan, bahwa pemikiran atau gagasan yang dituangkan ke dalam karya oleh para seniman akan selalu hidup dan diapresiasi.
Pada program Sardono’s Retrospective, diangkat karya-karya besar yang telah hidup dan berkembang selama belasan hingga puluhan tahun Sardono berkarya, mulai dari karya film yang melahirkan bentuk baru yaitu Expanded Cinema, pertunjukan sambil melukis, pameran lukisan (lukisan bukan sebagai lukisan, tetapi sebagai dekorasi besar), sistem pendidikan ketubuhan yang hingga saat ini masih diterapkan oleh lembaga pendidikan seni di Singapura, dan workshop dari seluruh alumni yang pernah belajar dari Sardono W Kusumo dan kini masing-masing dari mereka telah berkarya di berbagai negara di Asia. Retrospeksi pada karya-karya seni Sardono W Kusumo di atas akan diangkat pada Singapore International Festival of Arts (SIFA) 2016.
Menuju SIFA 2016, Sardono W Kusumo menggelar pertunjukan yang bersifat inter-kultur, bekerja dengan banyak seniman dari berbagai latar belakang budaya yang berbeda, seperti pada pertunjukan kali ini, Sardono W Kusumo berkarya bersama masyarakat Papua dengan mengangkat tema tentang ikon warisan budaya (heritage icon), yang menggambarkan pentingnya sebuah perencanaan transformasi budaya. Transformasi tersebut akan ditampilkan melalui perpaduan antara film, komputerisasi musik elektronik, pameran lukisan, koreografi, dan instalasi yang mencerminkan sebuah kompleksitas transformasi social yang berlangsung selama beberapa abad, dan sampai saat ini tetap terus digaungkan.
Kerjasama yang sangat ideal dalam konsep Triple Helix memungkinkan Sardono’s Retrospective dapat terselenggara dengan baik. Triple Helix ini mencakup tiga hal, yaitu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Kabupaten Karanganyar yang mewakili pemerintah; Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta sebagai lembaga pendidikan seni; dan dukungan dari pihak industri/pengusaha oleh DayaLima, Bakti Budaya Djarum Foundation, PT Freeport Indonesia, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk., PT Austindo Nusantara Jaya, Hotel Alila Solo, Galeri Nasional Indonesia, Sritex, Dana Pensiun Perkebunan, Sari Ayu Martha Tilaar serta kerjasama dengan media Jplus dan JITU.
Semoga kegiatan ini mampu memberikan inspirasi kepada masyarakat terutama generasi muda untuk terus berkarya serta meningkatkan rasa cinta dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. Mencintai budaya adalah wujud rasa bangga dan cinta kita terhadap Indonesia, karena yang menyatukan bangsa adalah budaya. Cinta Budaya, Cinta Indonesia.