Kancil dikurung oleh Sutatruna karena mencuri timun di sawah miliknya. Dengan akal cerdiknya Kancil dapat menipu Anjing. Anjing mau menggantikan Kancil di dalam kurungan. Kancil pun dapat melarikan diri. Anjing akhirnya dihajar oleh Sutatruna, karena dituduh telah memakan Kancil. Anjing melarikan diri dengan kesakitan.
Dengan bimbingan Wedhus Prucul, ibunya, Kancil sadar akan segala kesalahannya kemudian bertapa di gua Langse. Sementara anjing dengan bantuan anjing liar, juga ingin bertapa di gua Suracala. Di dekat gua Langse, para binatang resah akibat ulah RM Bogawana dan RM Rudita yang serba merugikan binatang. Di saat yang sama muncul Kancil. Ia menyatakan diri sebagai pimpinan binatang setanah Jawa, karena dalam tapanya ia telah mendapat tanda pengangkatan dari raja Mesir. Semua binatang yang hadir tunduk kepadanya. Ia pun mengangkat Banteng sebagai Patih, Wedhus Prucul sebagai Bendahara, Munyuk sebagai menteri Luar Negeri dan negosiator dan Macan sebagai pimpinan perang.
Ternyata Anjing tidak mau tunduk pada Kancil. Kedudukan Kancil sebagai raja tidak akan membawa pengaruh apa apa pada dirinya. Ia juga tidak akan mengganggu Kancil. Selama ini ia hanya menempati gua Suracala, didatangi binatang yang ingin berguru dan tidak ada unsur bisnis. Sikap ini berpengaruh dan diikuti oleh Munyuk. Di saat yang sama RM Bogawana dan RM Rudita telah merusak istana Kancil. Di lain pihak, dana yang seharusnya ada dan dapat dipakai untuk memperabaiki istana, telah dipakai untuk kepentingan Wedhus Prucul. Kancil terpaksa mempidana ibunya sendiri. Ia pun harus mau kerja sama dengan Anjing dan Munyuk untuk mengusir manusia.
Peperangan manusia dan binatang tidak dapat terelakkan. Kancil pun dapat ditangkap dan dikurung oleh Sutatruna. Anjing kembali mendekati Kancil. Anjing yakin bila dunia dipimpin manusia, tentu akan rusak. Ia minta Kancil lari dan bertapa lagi, agar ia mendapat kekuatan untuk memimpin binatang dan manusia. Anjing rela masuk dalam kurungan. Ia rela kembali dihajar Sutatruna. Ia akan bertapa agar diberi kekuatan untuk mengajari binatang dan manusia untuk selalu berbuat baik. Kancil pun setuju dan lari.
Sutatruna kaget, karena di dalam kurungan adalah anjing. Ia ingin membunuh Anjing. Muncul Anjing Liar menyerang Sutatruna, tetapi Sutatruna justru membunuhnya. Sutatruna berniat pesta dengan menyembelih kedua anjing itu. Anjing sangat sedih. Bila Kancil yang memimpin manusia dan binatang, tanpa ada bimbingan tingkah laku yang baik, semua makhluk menjadi sangat pandai tetapi jelek tingkah lakunya.
Cerita “Kancil Nyolong Timun” atau dikenal dengan kisah Si Kancil merupakan cerita binatang yang sangat terkenal dikalangan masyarakat dimana dalam kisah tersebut menceritakan kecerdikan Kancil dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Karena banyaknya permasalahan yang bisa diselesaikan oleh Kancil maka dikenallah Kancil sebagai binatang yang cerdik dan pandai. Dan dimasyarakat jawa dikenal pula dengan nama Serat Kancil, dimana dalam serat ini berisi pesan-pesan bagaimana menjadi seseorang yang member manfaat kepada sesamanya dan alam disekitarnya.
Pada kesempatan ini Kathoprak Conthong Yogyakarta yang didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation menampilkan lakon yang Kancil Amongpraja di Gedung Concerthall Taman Budaya Yogyakarta tanggal 12 dan 13 September 2016. Dengan lakon Kancil Amongpraja ini diharapkan mampu membuat satu penyadaran kepada Penonton bagaimana dalam dunia Binatang tidak hanya bicara tentang buas dan jinak, siapa pemangsa dengan siapa yang dimangsa. Tetapi dalam dunia binatang dikenal juga tentang kebijaksanaan, keadilan, kejujuran, kesabaran, dan keperiBinatangan.
Semoga kegiatan ini mampu memberikan inspirasi kepada masyarakat terutama generasi muda untuk terus berkarya serta meningkatkan rasa cinta dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. Mencintai budaya adalah wujud rasa bangga dan cinta kita terhadap Indonesia, karena yang menyatukan bangsa adalah budaya. Cinta Budaya, Cinta Indonesia.