Kethoprak Conthong Yogyakarta bersama Bakti Budaya Djarum Foundation sukses mempersembahkan lakon berjudul Angkasa Wutah Getihku di Gedung Concerthall Taman Budaya Yogyakarta tanggal 25 dan 26 Oktober 2017.
Yogyakarta saksi bisu perjalanan negeri ini, provinsi yang pernah menjadi ibu kota Negara ini memiliki segudang sejarah yang tak habis untuk dibicarakan hingga kini. Perang pendudukan Belanda atas Yogyakarta setelah Kemerdekaan Negara ini, sepenggal sejarah yang dilupakan dari ingatan kita bagaimana sakitnya seorang pejuang udara yang ikut mempertahankan Republik ini pada awal masa Kemerdekaannya.
Kesetiaan seorang pejuang yang tak mengharapkan imbalan apapun kepada negaranya hingga akhir hayatnya. Pejuang yang telah mengorbankan hidupnya demi ikut serta dalam mendirikan dan mempertahankan negeri ini dari penjajahan Belanda.
Negara Swarna Bumi baru saja merdeka, tetapi penjajah datang lagi. Demi keamanan ibukota pun dipindahkan. Di saat yang sama, Tumenggung Reksa Angkasa diangkat menjadi lurah prajurit gegana. Suatu tugas yang sangat berat, karena saat itu kekuatan prajurit gegana sangat lemah. Ia segera melakukan koordinasi untuk membuka sekolah penerbang, pembuatan stasiun radio, perbaikan dan pembuatan pesawat yang ada dll.
Kesungguhan kerja dan pemikiran Tumenggung Reksa Angkasa sering berbeda dengan pimpinan yang lain, sehingga terjadi konflik. Dengan Tumenggung Reksa Bantala (pimpinan prajurit darat) misalnya, terjadi konflik saat ia percaya pada informasi prajurit sandi bahwa penjajah akan menyerang. Sementara Tumenggung Reksa Bantala tidak percaya, karena pada saat itu ada negosiasi antara Suwarna Bumi dan penjajah yang didampingi tiga negara lainnya. Bila berani menyerang berarti akan menghadapi kekuatan bangsa-bangsa sedunia. Ternyata perkiraan Tumenggung Reksa Bantala salah. Penjajah menyerang saat ia dan prajuritnya tidak berada di tempat.
Dengan Manggala Yuda Prang Rimba pun Tumenggung Reksa Angkasa juga berbeda pendapat. Terutama pada saat ia meminta raja tidak meninggalkan istana dan rela ditangkap musuh, tetapi tidak dibunuh sehingga kedaulatan negara dapat diupayakan dengan negosisasi. Sementara Manggala Yuda Prang Rimba menghendaki agar raja ikut berperang. Kedaulatan negara akan diakui dengan kemenangan perang. Ini jelas memberi dampak positif bagi warga, karena mencerminkan watak prajurit.
Di saat negara sudah aman, tanpa alasan yang jelas Tumenggung Reksa Angkasa diberhentikan dari jabatannya. Ia menjadi sangat kecewa. Nyi Reksa Angasa berusaha menghibur. Perjuangannya sudah banyak, kini saatnya untuk menikmati hidup bersama keluarga dan tinggal di rumah sederhana yang dibeli secara cicilan. Tumenggung Reksa Angkasa akhirnya mau menerima kenyataan.
Tiba-tiba muncul Samun. Ia meminta kembali rumahnya yang dijual cicilan, karena selama ini Tumenggung Reksa Angkasa belum pernah mencicil. Nyi Reksa Angkasa kebingungan, karena sebagai mantan pejabat hanya mau hidup tenang di rumah cicilan saja tidak bisa. Ia ingin memprotes kepada negara, karena selama ini suaminya telah banyak berjuang, tetapi kenapa hidup terlantar? Tetapi protes itu urung dilaksanakan, karena suaminya selalu berprinsip “jangan tanyakan apa yang diberikan negara kepadamu, tetapi tanyakan apa yang kamu berikan kepada negara”
Semoga kegiatan ini mampu memberikan inspirasi kepada masyarakat terutama generasi muda untuk terus berkarya serta meningkatkan rasa cinta dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. Mencintai budaya adalah wujud rasa bangga dan cinta kita terhadap Indonesia, karena yang menyatukan bangsa adalah budaya. Cinta Budaya, Cinta Indonesia.