Perhelatan Milad ke-74 Gus Mus Bertajuk ”Mata Air Gus Mus” - Indonesia Kaya

Cari dengan kata kunci

Perhelatan Milad ke-74 Gus Mus Bertajuk ”Mata Air Gus Mus”

perhelatan-milad-ke-74-gus-mus-bertajuk-mata-air-gus-mus.jpg

Perhelatan Milad ke-74 Gus Mus Bertajuk ”Mata Air Gus Mus”

Perhelatan milad ke-74 KH Mustofa Bisri atau Gus Mus bertajuk ”Mata Air Gus Mus” digelar di Beranda Suara Merdeka

Agenda Budaya

Perhelatan milad ke-74 KH Mustofa Bisri atau Gus Mus bertajuk ”Mata Air Gus Mus” digelar di Beranda Suara Merdeka, Jalan Pandanaran II Nomor 10, Mugassari, Kota Semarang, pada tanggal 11 Agustus 2018. Acara yang digelar Suara Merdeka Network (SMN) dekat dengan taman terbuka Semarang, Taman Indonesia Kaya, ini terbuka untuk umum.

Pada awal acara, pentas tari menandai pembukaan acara. Kemudian tampil kelompok musik puisi dari Semarang, Poemblusukan. Selanjutnya Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jateng Ahmad Darodji berkisah tentang sosok Gus Mus. Acara dilanjutkan pembacaan puisi sesi pertama oleh Niken Ardana Reswari, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, dan politikus yang merupakan Ketua DPW PPP Jateng Masruhan Samsurie, lalu Kholiq Arief tampil memberikan testimoni.

Penyair asal Solo Sosiawan Leak membacakan dua puisi berjudul ”Gus, Bicaralah!” dan ”Dunia Bogambola”. Hadirin juga disuguhi video biografi Gus Mus yang digarap oleh sutradara film asal Semarang, Anto Galon. Setelah itu, CEO Suara Merdeka Kukrit Suryo Wicaksono menyambut dengan baca puisi. Tokoh Tionghoa Kota Semarang Harjanto Halim juga mengungkapkan kesan-kesannya tentang sosok Gus Mus. Selanjutnya, layar proyektor memutar video dokumentasi Djoko Susilo saat berproses melukis Gus Mus.

Suara merdu Endah Laras mengalun melalui musik puisi yang berasal dari puisi Gus Mus bertajuk ”Aku Tidak Bisa Bernyanyi Lagi”. Penyaji selanjutnya adalah penyair Sitok Srengenge, dilanjutkan budayawan Prie GS. Kemudian, Najwa Sihab juga membacakan puisi sekaligus bertestimoni. Tiga penyair kenamaan, Sutardji Calzoum Bachri, Zawawi Imron, dan Timur Sinar Suprabana secara berurutan juga tampil dengan puisi mereka. Nasirun, perupa asal Yogyakarta yang telah meraih setidaknya tiga penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri) demo melukis.

Ulil Abshar-Abdalla juga memberikan testimony, dilanjutkan pemutaran film karya Anto Galon berjudul ”Gus Muslih”. Film tersebut diangkat dari cerita pendek karya Gus Mus berjudul sama. Berurutan, tokoh yang tampil selanjutnya adalah penyair Joko Pinurbo, Emha Ainun Najib (Cak Nun), dan Sujiwo Tedjo. Acara ditutup dengan doa yang dipandu oleh Kiai Charis Sodaqoh.

Semoga kegiatan ini mampu memberikan inspirasi kepada masyarakat terutama generasi muda untuk terus berkarya serta meningkatkan rasa cinta dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. Mencintai budaya adalah wujud rasa bangga dan cinta kita terhadap Indonesia, karena yang menyatukan bangsa adalah budaya. Cinta Budaya, Cinta Indonesia.

Tagar: