Hari yang cukup cerah untuk melakukan perjalanan. Saat itu kami memang sedang dalam paket berkeliling perairan Seram Utara atau yang biasa dikenal dengan Pantai Ora, Desa Sawai, maupun Desa Saleman. Ketiga wilayah ini memang berdekatan dan merupakan satu garis pesisir Seram Utara. Tujuan pertama kami adalah sebuah obyek yang bernama Air Belanda.
Ketika pertama ditawarkan oleh pemandu dari desa setempat, kami langsung tertarik karena nama Air Belanda cukup unik untuk didengar. Informasi pertama yang kami dapatkan dari sang pemandu pun menyebutkan bahwa tempat ini memang menarik untuk dikunjungi. Petualangan kami hari itu pun dimulai, kami menaiki perahu dan siap menuju Air Belanda.
Kami berangkat dari Desa Sawai dengan menggunakan perahu motor dan sampai di Air Belanda hanya dalam 20 menit saja. Jarak tempuhnya cukup dekat, namun Air Belanda tidak akan dapat dicapai lewat jalan darat. Tempat ini berada di pinggir pesisir yang dikelilingi hutan dan tebing-tebing bebatuan. Setibanya kami di Air Belanda yang terlihat adalah sebuah sudut pantai kecil dengan pasir putih yang berkilauan. Keindahan ini semakin sempurna ketika kami menjejakkan kaki kami disana dan yang kami rasakan adalah pasir yang sangat lembut. Latar belakang pantai kecil ini adalah hutan lebat yang wilayahnya langsung tersambung dengan deretan tebing pegunungan pulau Seram. Dari dalam hutan tersebut mengalir sebuah sungai yang membelah pantai kecil ini menjadi dua bagian. Air sungai tawar inilah yang menjadi nama tempat ini, Air Belanda.
Air Belanda, sesuai namanya tentu tempat ini memiliki kisah yang berhubungan dengan bangsa Belanda. Konon pada masa dimana Belanda menguasai wilayah Maluku, mata air dan sungai ini ditemukan oleh para serdadu Belanda. Mereka seringkali menggunakan tempat ini sebagai tempat untuk mandi dan melepas lelah. Air sungai yang berasal dari sebuah mata air tawar di tepian pantai ini memang sangat menyegarkan. Bahkan, air sungai ini aman untuk diminum karena murni langsung dari sumbernya dan tidak terkontaminasi kotoran apapun. Setelah melihat sendiri tempat ini, bagi kami sangat jelas sekali alasan mengapa para serdadu Belanda di masa lampau sangat menyukai mata air ini.
Satu hal yang menarik di tempat ini adalah dimana air asin dari lautan dapat berbaur dengan air tawar dari aliran sungai. Ada satu titik dimana keduanya bercampur dan memunculkan fenomena unik yang tidak banyak ditemui di wilayah pesisir. Tidak hanya dari rasa tawar dan asin, suhu air laut yang hangat dan air sungai yang dingin pun bercampur pada satu titik dan menghasilkan paduan yang begitu unik. Tempat ini seperti surga kecil yang terpencil.
Sekitar 15 menit kami menikmati segarnya air Belanda yang dingin, kami pun bergegas untuk melanjutkan ke tempat berikutnya. Tetapi sebelum kami beranjak, kami mampir di sebuah satu warung yang dimiliki warga setempat untuk membeli air minum. Kami duduk sebentar sambil menikmati pemandangan yang begitu indah. Sebuah pantai kecil, jauh dari keramaian dengan sungai air tawar dan gundukan pasir lembut berkilauan. Kami sepakat, tempat ini adalah surga kecil yang terpencil. [Phosphone/IndonesiaKaya]