Cari dengan kata kunci

Ayam taliwang

Belajar Resep Perdamaian dari Sajian Ayam Taliwang

Menelusuri jejak perdamaian antara Lombok dan Bali dalam kenikmatan sebuah hidangan legendaris.

Kuliner

Lebih dari sekadar santapan pelepas dahaga, makanan merupakan simbol budaya dan juga alat diplomasi. Di tengah perebutan wilayah dan tahta yang pernah terjadi di Nusantara, rupanya kuliner telah lama digunakan sebagai salah satu strategi untuk menempuh jalan damai. Begitulah kelezatan ayam taliwang hadir, melegenda, dan menjadi favorit warga lokal maupun wisatawan di Pulau Lombok.

Bermula dari Konflik Kerajaan

Sejatinya, penduduk Lombok dan Bali memiliki kesamaan dalam hal bahasa dan logat. Mungkin hanya beberapa kata yang memiliki sedikit perbedaan, dan hal ini disebabkan oleh penyebaran etnis Bali di Pulau Lombok yang terjadi sejak abad ke-17.

Sejatinya, penduduk Lombok dan Bali memiliki kesamaan dalam hal bahasa dan logat.

Waktu itu, etnis Bali mulai datang ke wilayah Lombok dengan bantuan Kerajaan Karangasem, Bali. Mereka mengirim pasukan pendahulu yang beragama Islam—yang dipimpin oleh Patih Arya Sudarsana—ke Kerajaan Selaparang yang terletak di bagian timur Lombok.

Tak disangka, kedatangan mereka tak disambut ramah oleh mayoritas Suku Sasak, warga asli Lombok, yang pada waktu itu juga sudah memeluk Islam.

Tanwir, dalam penelitian yang berjudul Pemberontakan Rakyat Sasak Terhadap Kerajaan Bali di Lombok (1891-1894), memaparkan bahwa konflik yang muncul antara Patih Arya Sudarsana dan Kerajaan Selaparang bahkan mengakibatkan perang. Pasukan Patih Arya Sudarsana akhirnya dipaksa keluar dari Kerajaan Selaparang dan mendapat bantuan dari pasukan Sumbawa yang dipimpin oleh Amasa Samawa pada 1723-1725 M.

Patih Arya Sudarsana dan pasukannya kemudian bergabung dengan Kerajaan Pejanggik. Sehingga, putuslah hubungan antara Kerajaan Pejanggik dan Kerajaan Selaparang sebagai kerajaan induk. Hal ini menguntungkan Kerajaan Karangasem, Bali.

Kerajaan Selaparang lantas membawa pasukan dari Kerajaan Taliwang untuk membantu mencapai perdamaian dengan Kerajaan Karangasem. Pasukan ini ditempatkan di Karang Taliwang, dengan tugas mendekati Raja Karangasem, untuk mengakhiri pertempuran secara damai, serta mencegah kerugian harta dan nyawa yang terus berlanjut.

Dalam misi perdamaian tersebut, para pemuka agama Islam, juru masak, dan juru kuda juga turut bergabung. Juru masak dari Kerajaan Taliwang bertanggung jawab untuk menyediakan logistik bagi pemimpin perang dan prajurit, termasuk mempersiapkan ayam pelalah manok yang dibakar dengan bumbu-bumbu alami seperti bawang putih, bawang merah, terasi, cabai, dan garam—sesuai selera etnis Sasak Lombok yang menyukai cita rasa pedas. Ayam pelalah manok ini sendiri sering disajikan di dalam upacara adat atau keagamaan Suku Sasak, dan menjadi cikal bakal ayam taliwang yang dikenal saat ini.

Ayam pelalah manok ini sendiri sering disajikan di dalam upacara adat atau keagamaan Suku Sasak, dan menjadi cikal bakal ayam taliwang yang dikenal saat ini.

Santapan Ritual yang Menjadi Komoditas

Melansir laman Kemendikbud, tradisi memasak ayam bakar taliwang sebagai komoditas lokal atau untuk dijual kepada penduduk sekitar dimulai oleh seorang wanita yang dikenal sebagai Nini Manawiyah atau Papin Manawiyah.

Tradisi memasak ayam bakar taliwang sebagai komoditas lokal atau untuk dijual kepada penduduk sekitar dimulai oleh seorang wanita yang dikenal sebagai Nini Manawiyah atau Papin Manawiyah.

Manawiyah menjual nasi ayam pelalah di rumahnya di Karang Taliwang dari pagi hingga siang hari. Kemudian, dari sore hingga malam menjelang subuh, ia berjualan di Pasar Cakranegara. Menu yang ia sajikan meliputi nasi, ayam bakar pelalah, dan beberuk. Masakan ayam bakar buatan Manawiyah terkenal lezat dan sangat diminati oleh para pelanggan.

Karena Manawiyah berasal dari Karang Taliwang, sajian ayam bakar andalannya pun diberi nama ayam taliwang. Konon katanya, salah satu Pahlawan Revolusi Indonesia, Jenderal Ahmad Yani, pernah singgah makan di warung nasi ayam Nini Manawiyah di Karang Taliwang.

Sepeninggalan Manawiyah, muncullah warung-warung ayam taliwang di berbagai sudut daerah di Pulau Lombok. Sajian berbahan dasar ayam kampung muda ini kental dengan cita rasa gurih pedas. Tak heran bila para penggemar masakan pedas mudah jatuh cinta dengan ayam taliwang.

Menyajikan Ayam Taliwang di Rumah

Berkat ayam taliwang, terjadi pembauran antara Suku Sasak, masyarakat Karang Taliwang, dan penduduk Kerajaan Karangasem. Menyajikan ayam taliwang di rumah, tentu dapat dilakukan sebagai salah satu cara untuk menambah makna dari momen kebersamaan dengan keluarga atau orang-orang terdekat.

Berkat ayam taliwang, terjadi pembauran antara Suku Sasak, masyarakat Karang Taliwang, dan penduduk Kerajaan Karangasem.

Jangan lupa, kesempurnaan dalam menikmati ayam taliwang juga akan terasa tidak lengkap bila tidak disertai plecing kangkung. Rebusan sayur taoge dan kangkung yang dilumuri bumbu sambal ini, kerap disajikan bersama taburan kelapa cokelat yang dicampur dengan gula Jawa, serta kacang tanah goreng. Bisa dibilang, kacang tanah goreng yang membuat plecing kangkung terasa semakin nikmat ini adalah ciri khas dari plecing khas Lombok.

Tak perlu ragu menyajikan ayam taliwang dan menu plecing kangkung di rumah. Caranya mudah, cukup dengan melihat dan menerapkan resep ayam taliwang dan plecing kangkung melalui pranala berikut. Cek menu ayam bakar khas Nusantara dan lalapan yang menggugah selera lainnya di situs resep terkait. Selamat mencoba!

Informasi Selengkapnya
  • Indonesia Kaya

  • Indonesia Kaya

  • Daftar Pustaka:

    kebudayaan.kemdikbud.go.id. (2015, Juni 16). SEJARAH DAN PERKEMBANGAN KULINER AYAM TALIWANG. Diakses pada 26 Juni 2023 melalui http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbbali/sejarah-dan-perkembangan-kuliner-ayam-taliwang/

    Tanwir, M. Pemberontakan rakyat Sasak terhadap kerajaan Bali di Lombok tahun 1891-1894. https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/28373

This will close in 10 seconds